44. Memori Manis

5K 694 151
                                    

Note: Membaca umpatan kalian aku jadi merasa bersalah, sorry. Req masih di buka, kalau mau silakan komen. Di ramein ga ni?

Happy reading
.
.
.

Pagi di rumah bapak Seo, matahari sudah menampaki sinar suryanya.

Chitta dan Johnny masih mendengkur halus, masih berada di alam mimpi mereka masing-masing. Sedangkan Haechan? ia masih tertidur sambil memeluk sang bunda.

Jadi posisi Haechan berada di atas tubuh Chitta, kepalanya ia tenggelamkan di perut datar sang bunda, sambil ngedusel manja.

Haechan ini pendek, masih ada se paha Johnny. Jadi memeluk bundanya berasa seperti bantal guling, ehe.

"Hello spada!!! papa bunda tolong jangan ngebo di pagi hari, ini anak kalian mau terlambat!" pekik Hendery di ambang pintu.

Namun, tak ada satu orang pun yang mendengarkan pekikan Hendery. Oh ayolah anak tampan! mereka sedang lelah akibat syuting kemarin.

Hendery berasa seperti anak pungut jika begini, lebih baik ia bergabung dengan kedua orang tuanya dan sang adik untuk tidur kembali.

Tenang, masih ada waktu se-jam lagi untuk siap-siap menuju sekolah, jadi gunakan waktu sebaik-baiknya untuk leha-leha. Hehe.

.
.
.

"Papa Bunda!!!!"

Haechan terkesiap mendengar suara teriakan sang kakak yang begitu nyaring di gendang telinganya, "Aaaa! Ethan kaget." rengek Haechan.

Kediaman keluarga Seo memang tidak pernah sepi, apalagi ada dua buntut Johnny dan Chitta. Suasana rumah menjadi ricuh, bahkan seperti suporter sepak bola. Eh tidak! maksudnya lebih dari seorang suporter.

Kalau tidak Hendery yang bangun lebih dulu, pasti Haechan. Selalu saja begitu.

"Kenapa?!" ini Johnny yang terbangun spontan karena suara sang anak.

"Nih kan! Dery telat karena papa dan bunda!" kesal anak tersebut seraya mencebik.

"Aduh, kenapa si ribut-ribut?" lenguh Chitta sambil mengucek perlahan matanya, mana anak bungsunya juga menangis keras.

"Ini bun, Dery telat! gimana mau sekolah?!"

"Oh telat- apa?! aduh cepet bangun, ngapain masih di kamar?! cepet kakak mandi terus siap-siap!" titah Chitta cepat, ia pun membawa Haechan yang masih menangis sedu di gendongannya.

Chitta ke dapur, untuk membuat sarapan keluarga kecilnya. Haechan udah sedikit tenang, karena di beri susu formula. Chitta sekarang lagi buat telur mata ayam, soalnya pakai telur ayam.

Dan roti tawar, keju, daging, telur goreng, sayuran. Chitta lagi buat sandwich gitu biar ekonomis dan cepat.

"Bunda! Dery udah telat! jangan sekolah ya?" si sulung Seo menawar diri biar ga sekolah, jugaan nungkak banget. Bel masuk udah berbunyi jam 07.30 pagi.

"Yaudah deh kalau gitu, bunda izin dulu sama walinya kakak. Oh iya, sarapan dulu terus minum susu." tutur sang bunda cekatan. "Ini papa kenapa lesu? cepat sarapan terus berangkat kerja!" lanjut Chitta kembali. Ia meninggalkan Johnny, Hendery dan Haechan yang tengah menyantap sarapan.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang