32. Kak Hendery Cemburu

7.2K 877 201
                                    

Note: Kalian bisa banget req buat chapter depan, misalnya "Kalo boleh si Echan/Dery/Chitta/Johnny begini lah" itu bikin aku jadi nambah ide. Wkwkw, kalo bisa ramein lagi kaya kemarin, ga maksa si cuma-.

Happy reading
.
.
.

Sepulang sekolah, Hendery sering mengajak si embul bermain bersama. Itu sudah menjadi rutinitas mereka di siang hari. Selain bermain Haechan juga diajarkan cara menulis, berhitung, dan membaca sejak kecil. Jadi tidak salah jika Haechan tumbuh jadi anak yang cerdas, karena sosok sang kakak dan orang tua yang mampu mengajarinya dengan baik.

Haechan setiap siang menunggu Hendery di depan teras, itu sudah menjadi hal biasa baginya. Melihat mobil sang papa masuk pekarangan rumah, Haechan sudah berjingkrak senang. Tat kala, seperti mereka sudah lama tidak betemu. Ada-ada saja.

Haechan memekik gembira, sang kakak keluar dari mobil langsung menghampiri nya dan memeluknya begitu kencang.

"Aaa! Kak dely, pelan-pelan." keluhnya melirih.

Hendery mengulas senyuman, mengusak rambut Haechan gemas. "Kakak laper, mau mandi dulu terus makan. Embul jangan gangguin kakak ya." pesan bocah itu pada sang adik.

Johnny sudah tersenyum lugas melihat kedua anaknya akur, semoga saja sampai seterusnya.

Mungkin karena usia yang terpaut cukup jauh, Hendery bisa menyayangi sang adik. Haechan merentangkan tangannya kepada Johnny, ingin minta gendong pada sang papa.

"Embul udah besar, jangan minta gendong lagi dong." tutur Johnny perlahan.

Walaupun begitu, tetap saja Johnny mengiyakan permintaan sang anak. Bukan memanjakan, hanya saja Johnny ini begitu menyayangi Haechan. Intinya, ia harus menjadi ayah yang bisa diandalkan untuk anak-anaknya.

"Papa, tapi Ethan mau main sama kak dely!" tukasnya cepat, Johnny hanya terkekeh kecil. Memang, Haechan ini sangat antusias jika bermain dan bersenang-senang dengan sang kakak.

Tapi, bukannya Hendery sedang tidak ingin diganggu sekarang?

"Kakak capek habis pulang sekolah, nanti sore aja ya embul. Kan embul juga harus tidur siang." sahut Johnny.

"Kalau gitu main sama papa aja ya?" mohon Haechan dengan mata berbinar-binar.

"Ga bisa dek, papa sibuk. Papa harus buat proposal hari ini." tolak Johnny pelan. Haechan sudah menggerutu, meracau malas.

Haechan mencebik, ingin turun dari gendongan sang papa. Kakinya di hentakkan begitu keras, sesaat anak kecil itu turun dari gendongan Johnny. Haechan pergi, membelakangi Johnny pokoknya.

Kemana anak itu? Johnny pun tak tahu.

"Suara apaan tadi John? kok kaya suara kaki gajah?" tanya Chitta nampak tersentak. Suara hentakkan kaki Haechan begitu nyaring, hingga terdengar sampai dapur.

"Anak ku ngambek, pengen main sama kakaknya. Tapi kakaknya ga mau di ganggu." Johnny menghampiri sang istri, yang tengah menyiapkan makan siang.

"Halah, ngambekan terus. Palingan nanti kalau laper pulang lagi." sindir Chitta gemas dengan tingkah anak bungsunya.

"Iya bunda, makanya anaknya jangan dianggurin dari tadi. Ajak main boneka gitu, apa ajarin masak sekalian. Jangan disuruh main diluar nyari kodok sama kecebong di selokan, ntar nambah dekil anak ku." racau Johnny panjang lebar. Johnny meninggalkan Chitta yang tengah memutar bola matanya malas mengarah Johnny.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang