43. Syuting

5.1K 728 364
                                    

Note: Cerita ini belum tamat hey! T_T jangan tinggalin aku! btw baca komen tentang ngepet, memang kalian udah pernah nyoba?😂 berasa tahu banget tentang hal begituan :b. Mau req apa? sebelum konfilk mantan mba Chitta muncul ;). Ramein ya, Terimakasih💚

Happy reading
.
.
.

"Cut!"

Suara yang menggelegar di rumah keluarga Seo, Chitta membuka matanya dan bangun perlahan.

Semua lighting di hidupkan kembali.

Meringis kesakitan karena badannya terpentuk plafon beton akibat scene dia terpental. Tunggu, apa maksudnya?

Keluarga Seo lagi main film horor bersama yang lain, hehehe.

"Wadoh, pinggang ku!" ringis Chitta seraya menegakkan tubuhnya.

"Huwe bunda kesakitan ya?" rengek Haechan seraya menghampiri Chitta.

"Heu, bunda okay. No problem love," ujarnya seraya menyentuh pinggangnya.

"Nanti aku urut deh," goda Johnny berbisik.

"Badan Dery juga sakit pa, di urut juga ya!" pekik si sulung mengompori.

Haechan dengan wajah manyun ikut memaksa ingin di pijat sang papa, "Ethan juga!!"

"Lah kenapa mendadak jadi tukang pijat? kalau papa minta pijat ke siapa nanti?" tanya nya dengan heran kepada kedua anaknya.

"Papa sendilian, wle." ledek Haechan kepada sang papa.

"Adek, ndak boleh gitu sama papa." peringat Chitta seraya mengacungkan tangan telunjuknya bergerak ke kanan dan kiri.

"Wow! Chitta akting kalian ini benar-benar luar biasa. Apalagi anak-anak kalian memang berbakat menjadi bintang film," ucap sang sutradara berseru.

"Terimakasih, untungnya anak-anak kami bisa paham kalau ini lagi syuting." sahut Johnny.

Teman-teman Chitta beserta anak-anak mereka ikut berkumpul di ruang tengah.

"Echanie hebat banget ga takut hantu!" pekik Mark bersemangat kepada Haechan seraya mencuri pelukan hangat.

Haechan pula menerima pelukan hangat Mark dengan senang hati, melupakan bahwa sang kakak tengah memantau mereka.

"Kak Mark!" pekik Jeno sang adik, menjauhkan Mark dari Haechan.

"Kenapa si Jen?" kesal Mark pada adiknya.

"Pawangnya, serem." bisik Jeno sambil melirik kecil Hendery yang tengah melipat kedua tangannya di atas dada.

Haechan menoleh ke arah Hendery dengan perlahan. Seketika Hendery tersenyum manis ke arah sang bungsu seraya mengusak gemas rambut Haechan.

"Dery pinter deh aktingnya, Dejun suka banget. Nanti kalau filmnya di rilis, kita nonton bareng kan?" ajak Xiaojun menampilkan senyuman manisnya.

"Iya dong, kita semua nonton bareng-bareng." Hendery menyahuti ucapan Xiaojun begitu riang.

"Mark ikut kan?"

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang