66. Bisa Bilang R

4.6K 538 57
                                    

Note: hai, maaf baru bisa update sekarang. Aku lagi buntu banget t_t dan maaf kalau mulai slow update. Aku harap humor nya masih sama kaya part sebelumnya.

Happy reading
.
.
.

Haechan kecil membawa sebuah bola sepak untuk bermain di lapangan bersama teman-teman yang lain. Menatap jernih kearah rumah keluarga Jung. Anak perempuan itu berjalan kecil mengarah rumah Jung yang terlihat sepi dari dua hari yang lalu.

Memberanikan diri untuk berteriak dengan keras, Haechan menaruh bola nya sebentar. "Kak Malk! Main yu!" Pekik nya dari luar.

"Kak Malk! Milk! Mulk! Molk! Kok ga kelual lumah sih? Sombong nih sekarang balu punya playstation balu ndak ngajak Echan." Pekik nya bermonolog.

"Kak Malk! Jeno! Bubu! Om Jee! Kalian main petak umpet sama Echan ya? Sini sekalang Echan cali kalian yang lagi ngumpet." Lanjut nya.

Haechan berusaha menaiki pagar menjulang milik Keluarga Jung, baru setengah besi yang ia naiki tubuhnya langsung melayang seperti di angkat oleh seseorang.

"Eeehh! Badan Echan mau kemanaa?" Racau nya berteriak.

Seo Johnny, sang papa yang barusan saja mengangkat tubuh Haechan agar turun dari bawah pagar. "Mau ngapain? Embul nanti di kira maling sama orang lain." Ungkap nya.

"Kak Malk dimana? Kok dua hali yang lalu ngga nongol-nongol?" Tanya nya pada sang papa.

Seo Johnny tersenyum kecil dan meringis, "kak mark nya pulang ke canada, besok balik kok." Jawab Johnny. "Gini deh, embul mau apa? Papa beliin."

"Mau Kak Malk! Kak Malk! Kak Malk! Kak Mark! Eh, echan bisa panggil nama kak mark."

Johnny terkesima sejenak, "embul udah bisa bilang r?"

"Rauwww!" Ucap nya dengan polos.

"Beneran bisa bilang R? Coba bilang pagar."

"Pagar?" Beo Haechan.

Seo Johnny segera mengendong tubuh Haechan untuk dibawa masuk kerumah. Ini harus menjadi memorial untuk di dokumentasi.

Setiba di dalam rumah, Johnny segera menaruh tubuh gembil Haechan di atas sofa. Kemudian, ia berlari sekencang mungkin menuju ruang potografi. Tentu nya mencari sebuah kamera untuk memfoto dan merekam keseharian Seo Haechan, putri bungsu nya.

"Itu papa kenapa, mbul? Lari kebirit-birit kaya mau BAB aja." Sang bunda, Chitta mengedarkan pandangannya kearah sang suami dengan tatapan heran.

"Lari. Kebirit. Birit," Haechan mencoba bicara mengikuti perkataan bunda nya. Membuat Chitta menghampiri Haechan dengan perasaan senang.

Johnny yang turun dari tangga segera mungkin harus menangkap aktivitas dan ucapan yang di lakukan Haechan, sedangkan Hendery yang tadi asik bermain game di dalam kamar nya itu tersentak karena sang papa segera menariknya turun. Hendery pikir ada gempa bumi.

"Yey! Embul udah bisa bilang R sekarang." Ucap Chitta sembari mencium pipi Haechan.

Haechan hanya tersenyum ngembang, pipinya yang gembul itu di uyel-uyel oleh bunda dan papa nya.

Seo's HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang