Unfinished Feeling

301 25 3
                                    

Without further ado here you are!

***

Haditama Residence, Setiabudhi Regency - Setiabudhi, North Bandung

Sungguh, bukan Sera tak mau berbaik sangka. Tapi informasi-informasi yang dia dapatkan membuatnya berspekulasi banyak. Sebagian fakta itu terlalu membuat Sera jadi overthinking.

Pulang dari rumah Krystal, wanita itu pergi ke rumah orang tuanya. Selain untuk menjenguk, dia juga ingin kembali ke tempat tinggal asal untuk sejenak. Melepas rindu dengen ruang tidur minimalis miliknya. Aroma parfum disana masih persis seperti dulu. Tata letak furnitur tak ada yang berubah sedikit pun. Hanya ada tambahan figura di beberapa space. Foto pernikahan Sera dan Sehun.

Sera merebahkan diri di ranjang ukuran king dengan nyaman. Sekarang hangat kasur itu tidak begitu terasa karena jarang ditempati. Sera menghirup dalam-dalam udara ruang istirahatnya sambil tersenyum. Ia membayangkan masa lalu disini. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, bahkan tak menyangka ia sudah berbadan dua. Ini lebih dari ekspetasinya. Sebab rencana itu masih jauh dalam daftar mimpi Sera, malah mungkin nyaris tidak ada.

Sera mengusap perut yang sudah terlihat lebih kencang. Dunia memang sulit diprediksi. Dua tahun lalu dia berencana pergi ke Switzerland bersama Brian dan Chandra, seharhusnya minggu ini mereka sedang menyiapkan keberangkatan. Tapi ternyata yang harus Sera siapkan bukanlah keberangkatan, justru hal lain yang sekali lagi tak pernah dirinya pikirkan di umur yang sekarang.

Suara ketukan pintu terdegar, Sera menoleh pada kayu mahoni berpoles hitam dipojok kanan seberang tempatnya saat ini. Setelah Sera mempersilahkan masuk, Mira—sang ibu—datang dengan segelas susu coklat dan cookies yang tadi malam sempat ia buat. Menyimpan nampan yang dibawanya di nakas dan memberikan susu ibu hamil itu kepada si anak bungsu. Kemudian ikut duduk ditepi kasur.

"Gimana kandungan kamu?"

"Good." jawab Sera singkat setelah ia meneguk habis susu yang sudah beberapa waktu rutin diminum.

Mira mengangguk. Lalu mengusap punggung Sera perlahan, "Jangan terlalu capek atau stress, Ra." nasihat Mira kemudian. Pengalaman hamil dua kalinya bisa dijadikan referensi untuk Sera.

"Iya, akhir-akhir ini juga Sera gak terlalu sering lembur buat kerja. Agak males juga, gak tau kenapa. Hari ini aja ambil libur. Efek bayi gitu, Ma?"

Sudah lama mereka tak bincang santai. Sera berniat untuk menginap dan menghabiskan waktu dengan Mira, Hardiansyah, dan Haditama.

Mira tertawa ringan. "Bukan efek bayi. Kamunya aja itu yang males." Sera ikut tertawa. Setelahnya Mira menghela nafas. Lalu menatap anak bungsunya agak lekat. "Gimana kamu sama Sehun?"

Seolah ikatan batin seorang ibu begitu kuat untuk anaknya. Sera diam sejenak sebelum menjawab. Ia menggeser badan kebelakang untuk bersandar pada headboard. Menghindari kecanggungan dari pertanyaan Mira sebelumnya.

"Gak gimana-gimana. Kami baik-baik aja kaya biasa." seakan tak ada masalah yang menjadi beban pikiran. Semua berjalan lancar. Namanya juga Serayunika Haditama, tak mungkin segampang itu menceritakan keadaan. Apalagi urusan rumah tangga, rahasia dapur.

Mira mengangguk lagi. Memilih untuk percaya kata-kata Sera dan tidak bertanya lebih banyak mengenai hal itu kemudian beralih topik yang lain. Bahkan Mira inisiatif untuk melakukan panggilan video dengan anak perempuannya yang lain. Saling menanyakan kabar dan bercerita.

Arsy—Keponakan Sera yang lahir beberapa bulan lalu sudah lebih ekspresif. Sera dibuat gemas ketika Arsy tersenyum dan menunjukkan gusinya.

"Sebentar lagi lo yang akan jadi ibu. Jaga baik-baik diri lo dan janin yang dikandung." pesan Sora sebagai kakak dan calon tante bayi Sera.

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang