Hola HILERS! Mohon maaf yang sebesar-besarnya karena aku baru update lagi. Terimaksih banyak sudah mau sabar menunggu. Welcome back and happy reading. Semoga feel kalian sama cerita ini masih dapet ya. Hope you like it!
***
Chief Financial Officer Room, Tama Group - Seotta Road, East Bandung
Ditengah perang hati yang sedang bergejolak, Sera masih harus mengurus banyak pekerjaan. Tingkat profesionalitas wanita itu memang bukan main. Tak ada kata libur, baginya mungkin hanya ada kata lembur. Seperti sekarang ini, pukul 8 malam Sera masih berkutat dimeja kerja yang lama-lama jadi kebanggaannya. Padahal tahun lalu dia enggan menjabat dan berkutat di kursi itu. Dengan beragam map yang membagi berbagai macam dokumen, komputer yang menyala dari pagi buta, kaca mata yang bertengger di hidung mancung Sera, serta bolpoin yang sedari tadi ikut mencoret-coret lembar putih berisi laporan.
Wanita itu bersama Raka dan Vira, kedua sekretaris Sera yang paling handal, paling bisa diandalkan, dan paling sabar dengan sisi perfeksionis bosnya. Kalau tidak Sera sudah menerima amplop berisi surat pengunduran diri karena memang ritme kerja Sera yang cukup melelahkan bagi orang-orang tidak ambisius dan passionate terhadap pekerjaan mereka.
Suaminya? Sama-sama lembur untuk pekerjaan. Memang pasangan ini bisa dinominasikan sebagai pasangan tersibuk, terprofesional, dan terambisius.
"Kamu lembur lagi?" nada suara di seberang telepon terdengar agak khawatir.
Sera menghela nafas sebentar sementara tangannya merapikan tumpukan dokumen yang cukup mengganggu mata. Mode loudspeak dari sambungan telepon itu untung tak terdengar oleh dua sekretarisnya karena mereka sedang keluar ruangan.
"Masih banyak berkas yang harus disiapin buat audit minggu depan. Mau gimana lagi." balas Sera sedikit keras meski merasa malas. Jarak antara dirinya dengan ponsel memaksa untuk mengeluarkan tenaga lebih.
"Kalau kamu gak badan dua, aku bolehin kamu banyak lembur. Tapi sekarang kamu lagi hamil. Jangan kecapean." kata-kata dari suaminya itu terdengar sedikit menekan tanda menahan satu emosi yang sejujurnya ingin diluapkan. Namun Sehun sudah biasa bersabar dengan pasangannya itu. Lelah menasehati tapi mau bagaimana lagi, pria itu tetap saja merepetisi.
Sera memutar bola mata sebal, sang suami seakan tak tahu pekerjaannya. "Iya aku pulang kalau kamu pulang." handal sekali wanita itu untuk membalikkan kata-kata. Sebab cuma itu yang bisa Sera ucapkan supaya Sehun bisa memberinya waktu lebih di kantor. Dia yakin Sehun juga masih harus membereskan satu dua tiga urusan. Pria itu sama-sama sedang tak bisa menunda pekerjaan. Jadi seribu persen akan mengizinkannya pulang terlambat.
Terdengar suara helaan nafas dibalik sambungan telepon tersebut. "Oke, jam 9 pulang. Aku jemput."
Bibir Sera menyungging sedikit, tersenyum agak puas dengan keberhasilan negosiasi tanpa perdebatan. Setidaknya dia punya waktu tambahan meski hanya satu jam.
---
21.30
Raka dan Vira telah melenggang pergi dari setengah jam lalu. Meraka berdua sudah kelelahan akibat beberapa hari belakangan terus pulang tak sesuai jadwal dan begadang. Sekarang Sera sendirian di ruang kantor. Masih menunggu suami yang katanya akan jemput jam 9 malam.
22.05
Nyatanya satu jam lebih ia tunggu, batang hidung mancung dengan mata elang dan alis tebal nan tajam itu tak terlihat sama sekali. Kalau saja Sera tidak lelah, dia sudah mengamuk kesal. Kalau memang Sehun tak bisa menjemputnya, kabari sedari awal. Ini malah tak ada satu pun pesan atau telepon yang masuk. Saat Sera telepon malah tidak aktif. Kurang ajar!
![](https://img.wattpad.com/cover/245179699-288-k999455.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband in Law
FanfictionMelalui dalih persahabatan dua pria paruh baya, akhirnya terjadi ijab kabul yang menciptakan hubungan tak di inginkan antara dua manusia. Mulai saat ini Serayunika Haditama mau tak mau harus hidup sebagai istri dari Sehun Adimasta. Karena bagi Sera...