Betah, Ingin Disini Saja

331 66 81
                                    

Hola people! Welcome to another chapter of Husband in Law. Hope you like and enjoy reading this part! Don't forget to click⭐and comment. I love you more than shop** voucher. Hehe.

***

Lindner Hotel & Residence Main Plaza - Brückenviertel, Frankfurt am Main, Germany

"Jelasin ke gue tentang kecelakaan itu."

Sera baru saja sampai kamar hotel Rosè. Ia rebahkan tubuhnya disebelah sang sepupu yang sedang duduk memainkan iPad. Tangannya terbentang diatas kasur sambil memejamkan mata. Mengambil oksigen sekitar dan bersiap mendengarkan.

"Itu bukan murni kecelakaan. Tapi bukan ulah gue." jawab Rose masih dengan menampu atensi pada barang elektronik itu.

Sera melirik Rosè dengan ekor matanya. Menganalisis keseriusan dari ucapan sang eksekutor. "Are you sure?"

Pandangan Rosè beralih, ia menatap malas sang pemberi project. "Semua udah diselidik." raut wajahnya berganti menjadi serius. Ia silangkan kakinya sambil menghadap Sera. "Kayanya ada yang ngincer keluarga dia juga, deh."

"Lo serius kan ini bukan permainan lo?" masih saja Sera terkesan tak percaya. Hingga anak dari seorang direktur Tama Medika itu merotasikan matanya.

"Serius, lah. Ngapain juga gue nyelakain orang tua. Entar karma, tau rasa. Ogah gue. Lagipula, lo ga bayar gue buat sampai bertindak demikian."

"Bisa lo cari tahu siapa yang ngebidik?"

"Masalah gampang. Tapi kalau menurut gue ga usah nyari sampe sana."

Sera tampak berpikir sejenak. "Iya, sih. Sejak kapan juga gue tertarik dengan urusan orang lain." katanya lalu menghela nafas.

"Menurut gue ini momen yang tepat buat hantam dia lagi. Tapi gue kebangetan ga?" tiba-tiba saja sisi manusiawi Sera muncul. Ya, kehilangan kedua orang tua siapa yang tak akan hancur?

"Iya, ini akan jadi momen yang paling menguntungkan sebenernya. Tapi itu balik lagi ke lo."

Pembicaraan mereka berhenti sejenak karena ponsel Rosè yang berdering. COO itu masih menjalankan tugas disela cutinya. Mereka berdua memang punya beberapa kesamaan, termasuk sifat workaholic yang sudah turun temurun dari nenek moyang.

"Serangan sekali hantaman bukan gue banget. Gue lebih suka yang bertubi-tubi. Sakitnya perlahan ga berhenti- berhenti." ungkap Sera setelah Rosè menutup panggilan telfonnya.

"Gila, nyerang mental banget kalau kaya gitu."

"You know me so well, Rosie."

"So, you'll take a break?"

"Kita liat dulu aja gimana sikap Sehun dan dia. Tapi untuk sementara, selama gue belum kasih lo start lagi, jangan diusik dulu. Kita persiapan aja dulu buat kasus mucikari kakaknya yang cewek."

"Tapi kemarin nama kakaknya sempet kebawa. Ga sekalian aja?"

Sera menyeringai. "Hold on. Rumor lebih menyeramkan dari pada kenyataan. And in this case, kenyataan dan rumor berbanding lurus. Panasin dulu aja."

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang