Hola HILERS! Mari silahkan dibaca, dipahami, dan diresapi. Siapa tau terbawa emosi atau malah jadi senyum senyum sendiri. Jangan lupa support para penulis dengan vote dan komen ya. Aku tunggu reaksi kalian yang aduhai. Terimakasih, selamat membaca.
***
Hotel Room, Park Hyatt Auckland - Auckland Central, Auckland, New Zealand
"Udah mendingan?"
Sehun berdiri ditepi ranjang, sementara gadis yang kemarin malam mengeluh tak enak badan masih terbaring sambil menutup mata menggunakan lengannya. Ia sudah bangun tapi masih berselimut.
Sehun pindahkan lengan Sera, digantikan telapak kiri yang ia tempelkan pada kening sang istri, lalu beralih ke leher. Panasnya sudah turun. Kompresan semalam berhasil meski tak disertai obat. Gadis itu menolak untuk meminumnya karena kepalanya sudah terlalu berat.
"Sarapan, abis itu minum obat. C'mon get up."
Layanan kamar sudah datang 15 menit lalu. Tapi kemudian Sehun meminta untuk dibawakan bubur. Mungkin sebentar lagi akan datang.
"Ayo, Ra. Cuci muka dulu."
Sehun memang agak cerewet jika sedang begini, sama seperti Sera. Bedanya, pria itu lebih suka mengajukan pertanyaan dan memerintah dibanding mengomel.
"Perlu gue gendong ke kamar mandi?"
Hah. Dia memang tak sabaran.
Sera langsung bangkit dari kasur karena kesal suaminya terus saja bicara. Jadinya, ia sedikit oleng saat beranjak. Untung Sehun menahan tangannya supaya tak jatuh meski ke kasur. Kalau betulan jatuh, bukannya sakit, tapi yang ada adalah malu.
"Pelan-pelan." tegur pria itu.
Sera tak menjawab apa-apa, malas untuk bicara.
Selepas dari kamar mandi. Sehun menyuruhnya untuk duduk di sofa. Sudah ada semangkuk bubur, air minum, beberapa obat dan vitamin.
"Gue suapin?"
Sera mendelik malas. Sudah pasti ia makan sendiri. Walau sekali lagi, adegan seperti ini pasti akan sama dengan sebelum-sebelumnya. Dimana Sehun yang akan menyendok makanan. Barulah Sera yang menyuap ke mulut sendiri. Ribet.
"Lo ga makan?"
"Udah barusan."
Setelah sarapan, keduanya diam. Tak ada pembicaraan yang muncul kepermukaan.
Sehun berkutat dengan berkas dan laptop. Tangannya bulak balik menukar lembaran berikut pulpen menyangkut diantara jari tengah dan jari manis. Seperti biasa, wajahnya tampak serius, bahkan kadang kala dahi tiba-tiba berkerut karena beberapa hal.
Meski pakai setelan santai--hanya kaos hitam polos dan celana jeans biru--, ia terlihat begitu menawan ditengah sederhanaan. Apalagi bagi kaum borjuis seperti mereka merek Z dan H adalah sehari-hari.
"Kita balik sore ini?" interupsi Sera pada suaminya.
"Engga."
"Malem?"
"No."
"Besok?"
"Next week."
"What?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband in Law
FanficMelalui dalih persahabatan dua pria paruh baya, akhirnya terjadi ijab kabul yang menciptakan hubungan tak di inginkan antara dua manusia. Mulai saat ini Serayunika Haditama mau tak mau harus hidup sebagai istri dari Sehun Adimasta. Karena bagi Sera...