Gimana part sebelumnya HILERS? Ada yang meleyot? Hihihi.. Selamat membaca part berikutnya ya! Jangan lupa vote dan ceritain juga reaction kalian di kolom komentar. Aku tunggu.. love you!❤
***
Selama satu jam mereka ada di taman. Hanya duduk terdiam tanpa ucapan. Hingga terhanyut dalam keheningan. Sama-sama bungkam ditengah suara angin yang menabrak dedaunan pohon. Taman di dekat rumah memang jarang banyak orang. Apalagi di jam siang seperti ini.
Iya, ini masih dekat dengan kawasan rumah meraka. Masih berjejer mansion-mansion dan home office. Awalnya Sera masih pasang waspada kalau-kalau pria brengsek itu mengejarnya. Tapi sudah Sehun yakinkan bahwa yang dicemaskan tak akan ada. Lagi pula sekarang gadis itu sudah bersamanya. Aman.
Selama berdiam diri, Sehun tak pernah mengecek ponsel, lebih tepatnya tak ingat soal itu. Terlalu fokus memberi atensi pada sang istri yang sekarang berada disampingnya sambil dirangkul dan menyandarkan kepala pada pundaknya--atau mungkin dadanya--.
Entah kalian menebak ini benar atau tidak, Sehunlah yang meminta --ralat, memaksa-- berlaku demikian. Tak tahu apa tujuannya. Mungkin hanya ingin berbagi sandaran? Yang pasti Sera menolak keras sejak awal. Tapi bukan Sehun Adimasta kalau tak bisa beradu batu dengan Serayunika Haditama. Kali ini kemenangan milik pria itu.
Sesekali Sera menghela nafas berat, membuang beban hati dan rasa kantuk karena lelah menangis. Baru saja akan terlelap, Sehun memanggil. Sera menyahut dengan dehaman. Sehun langsung melirik Sera yang masih memandang kedepan.
"Mau pulang-"
Belum rampung berkata, Sera langsung menggeleng. Mungkin gadis itu mengira akan dibawa pulang ke rumah mereka.
"Ke apartment aku."
Seketika Sehun mengganti kata panggilan. Namun, keduanya tak sadar akan hal itu. Seolah sebutan tadi tak aneh ditelinga. Karena memang biasanya aku-kamu akan terjadi jika mereka sedang ada di depan publik. Taman ini tempat publik, kan? Ya meski tak ada orang lain. Hanya mereka berdua saja.
Sera melonggarkan rangkulan Sehun dan membawa manik matanya pada pria yang sedari tadi menemani.
"Dimana?
"Gedebage. Mau?"
Sera diam sejenak, berpikir tentang semua kemungkinan yang ada. Terutama kemungkinan tentang Gifar yang bisa menemukannya.
"Ga ada yang tau. Aku baru beli kemarin." cakap Sehun seolah tahu kecemasan istrinya.
Sera mengangguk setuju selang beberapa menit berpikir ulang. Karena tak bawa mobil, Sehun meminta Dani --supir pribadinya jika ia perlu-- untuk menjemput. Saat menyalakan ponsel, ada puluhan panggilan tak terjawab berikut pesan diberbagai aplikasi perpesanan.
Setelah menelepon Dani, Sehun buka logs untuk melihat siapa saja yang menghubunginya. Kebanyakan dari nomor yang tak diketahui. Sehun pikir itu adalah nomor Brian. Akhirnya ia kirim balasan pesan, memberitahu bahwa Sera sudah bersamanya sejak tadi dan tak perlu khawatir. Ia juga sempat bertanya soal Gifar dan rumah yang ditinggalkan. Anehnya ia tak ingat sama sekali pada Gisel.
Sehun's Apartment - Gedebage, East Bandung
Sudah seminggu Sera mengurung diri di kamar. Gadis yang tempo lalu tak ingin diajak pulang kerumah itu sekarang tinggal di apartemen untuk sementara. Tentu saja bersama sang suami. Sehun turut hadir mendampingi Sera selama masa berat.
Kalau dulu Sehun yang dirawat Sera, kali ini gantian si suami yang merawat istri. Selama sepekan, gadis itu banyak diam dan sulit makan. Orang tua mereka berdua dan teman terdekat tahu kondisinya saat ini. Mereka juga berniat menjenguk sehari setelah kejadian. Tapi Sera menolak siapapun yang datang termasuk Brian dan Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Husband in Law
Hayran KurguMelalui dalih persahabatan dua pria paruh baya, akhirnya terjadi ijab kabul yang menciptakan hubungan tak di inginkan antara dua manusia. Mulai saat ini Serayunika Haditama mau tak mau harus hidup sebagai istri dari Sehun Adimasta. Karena bagi Sera...