Pengakuan

360 34 11
                                    

Hola! Welcome back again everybody. Long time no see you, terimakasih yaa kalian udah sabar menunggu. Langsung aja cuss keceritanya.

***

"Good morning, sunshine. Wake up and get some water." suara lembut yang berbisik juga kecupan selamat pagi di bibir belum membangunkan Sera yang masih betah di alam bawah sadar. Wanita itu nyaman dengan posisi meringkuk.

"Rara sayang bangun, yuk! Katanya mau temenin aku golf."

Kemudian Sera hanya menggeliat sebab terusik oleh tangan yang terus memainkan pipinya. Tubuhnya bergeser mendekat dan memeluk objek terdekat dari jangkauannya, siapa lagi kalau bukan sang suami.

"Capek banget ya semalam?" senyum jahil mengiringi usapan Sehun pada rambut Sera.

Tak ada jawaban yang keluar dari mulut, hanya gestur tangan yang melingkar diatas perut itu semakin mengerat. Pada akhirnya, Sehun meninggikan selimut hingga pundak Sera. Membalas peluk sang istri lebih erat dibalik kain tebal yang hangat sambil mengecup kening dan mengusap punggung memberi nyaman.

Sera bangun sekitar setengah jam berlalu. Menatap Sehun yang sedang memejam. Ia sentuh wajah suaminya lembut. Tersenyum pada pahatan Tuhan yang agung. Mengamati sebaik-baiknya ketampanan pria yang baru ia sadari beberapa waktu lalu. Sera terbilang telat dari wanita lain diluar sana. Maklum, isi kepala Sera soal Sehun bukanlah sesuatu yang bagus. Jadi wajar.

"Kamu tau gak, Hun?" Sera mulai bermonolog. Kali ini tangannya beralih mengusap rambut depan si suami. Sesekali membenarkan posisi poni yang ia mainkan.

"Aku selalu penasaran kenapa ada aja hal yang kadang bikin aku pusing setengah mati. Sebentar-sebentar melow, sebentar-sebentar kesel..."

"...tapi nanti jadi bahagia." Sera menjeda ucapannya sebentar karena selingan senyum tipis yang melengkungkan bibirnya.

"Terus tiba-tiba ditampar realita, kadang pengen nyerah tapi ada rasa gak rela." Sera menghayati setiap lirihan kata yang ia ucapkan.

"Terus aku tanya Brian, Chandra. Ital juga. Kata mereka..."

Meski sudah menghembuskan nafas panjang Sera masih ragu melanjutkan konklusi yang persis sama dari tiga orang berbeda itu.

"Ternyata aku sayang sama kamu, Hun." suara khas bangun tidur itu masih melekat dan mata Sera mulai berkaca-kaca. "Gimana ini?" ibu hadirnya mengusap pipi Sehun yang agak gemuk akhir-akhir ini.

"Kenapa bisa kamu munculin lagi perasaan itu? Padahal aku udah ngubur hal-hal semacam itu. Kenapa bisa buat aku gak rela untuk ngelepas kamu?"

Sera berusaha menahan air mata yang berusaha keluar. "Kenapa bisa buat aku jatuh sedalam ini sama kamu? Kenapa bisa buat aku sesayang ini sama kamu?"

Ucapan pelan yang keluar ini masih sangat bisa ditangkap telinga mereka. Bahkan bisik-bisik pun masih terdengar jelas.

Lagi-lagi wanita itu menghela nafas sambil tersenyum miris.

"Aku..."

Monolognya menggantung. Sera diam sejenak. Entah karena terbawa suasana atau apa, Sera dekatkan wajahnya pada sang suami untuk mengecup hati-hati ranum yang diam-diam telah membuat candu selama ini.

Cukup lama bibirnya bertahan disana. Ia punya perasaan jika nanti tak bisa lagi bertemu dengan bibir yang sedang ia sentuh dan pemiliknya. Apalagi kemarin mereka bertemu masa lalu. Perasaannya kembali campur aduk. Insting sebagai wanita memberi peringatan yang berujung resah.

Hendak melepas jarak, kecupan itu nyatanya dibalas oleh Sehun. Sera terkejut, sontak ia menarik kepalanya menjauh. Tapi Sehun sudah sigap lebih dulu. Pria itu menahan tengkuk Sera begitu meraup bibir bawah.

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang