It's (Not) Revenge

362 85 107
                                    

Jangan lupa vote dan comment ya wahai cantik dan tampan. Selamat membaca. Aku cinta kalian semua.

***

Sera and Sehun's House - Dago, North Bandung

Sehun sudah agak mendingan setelah ke dokter lima hari lalu. Seminggu ini Sera kembali berperan menjadi istrinya. Begitulah rumah tangga. Meski ada badai di lautan, lambat laun terjangan itu akan sirna dan ombaknya menjadi cukup tenang.

Cukup tenang karena selama itu pula Sera tak berhenti mengomeli suami sahnya. Berikut ekspresi sinis yang tak pernah hilang dari raut wajah ketika berbicara. Berkata dengan prasa ironis yang terkadang menohok hati, seperti:

"Makanya, jangan durhaka lo sama gue. Begini akibatnya."

"Ayo ke periksa dokter. Jangan buat gue jadi ribet lebih lama."

"Kalau jadi suami tuh sekali-kali nurut sama istri. Disuruh makan dan istirahat buat kebaikan sendiri aja susah."

"Makan atau gue cincang punya lo, biar ga bisa skidipapap sama cewek lo!"

"Tidur atau gue aduin lo sama Bunda karena udah mecahin guci kesayangan dia."

"Urusin dulu badan, bukan perusahaan. Lagi sakit masih aja pegang kerjaan."

"Lo sakit, tetep aja yang ngurusin gue bukan bucinan lo itu."

"Nurut sama gue atau saham kita bagi dua."

Itu hanya beberapa contoh dari sekian banyak sindiran yang Sera lontarkan. Tapi Sehun tahu bahwa gadis itu bermaksud baik, bukan menghakiminya. Ia juga jadi berpikir, kenapa saat dirinya sakit justru Sera terlihat repot. Bahkan Gisel tak menghubunginya sama sekali.

"Udah mendingan bukan berarti udah sembuh. Ga usah ngeyel, kenapa sih?"

Pagi hari Sera sudah mengomel. Bagaimana tidak? Pria yang selama ini merepotkan mulai bertingkah lagi. Dia tiba-tiba saja datang ke dapur dengan setelan kerja.

"Udah seminggu gue absen, emang kantor ga harus gue urusin?"

Sera yang sedang membuat toast jadi berhenti sejenak, menghampiri Sehun yang duduk di kursi bar. Tanpa canggung ia tempelkan telapak tangannya pada kening dan leher sang suami. Ia jadi sudah terbiasa skinship dengan pria itu. Sehun pun tak protes dan merasa biasa saja.

"Badan lo masih anget. Urusan kantor bisa dikerjain di rumah kalau lo emang ngebet kerja."

"Kalau badan gue dingin artinya gue mati." Sehun malah balas melawannya.

Sera menghela nafas, "Terserahlah."

Hachi Sushi - Ir. Djuanda, Bandung Centre

"Gimana? Udah cek apa yang gue minta?"

Rosé mengangguk, "Kita mulai dari siapa?"

"Dari yang paling ringan tapi bisa merambat kesemuanya. Tapi gue lebih suka keluarga inti aja yang terlibat. Om, tante, atau sepupu menurut gue ga terlalu penting buat dia."

"Adiknya ngobat. Mulai dari sana aja kali ya?" Saran Rosé.

"Boleh, jangan lupa kirim berkasnya ke gue."

Bukan, ini bukan balas dendam. Anggaplah ini sebagai bantuan pada pihak berwajib dalam memberantas kejahatan dan ketidakadilan. Sera melakukannya untuk dunia yang lebih tentram. Terutama untuk dunia di kehidupannya.

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang