Hola! Aku akan sangat mengapresiasi kalau kalian memberi bintang dan komentar pada setiap bagian cerita ini. Terimakasih kepada semua yang telah membaca dan selalu memberi penghargaan untuk karya ini ya.
[Warning 17+]
***
Chief Executive Officer Room, Adimasta Building - Buah Batu, Soetta Road, South Bandung
Tumpukan dokumen sudah menanti seperti biasa di meja kerja Sehun. Kalau saja kalian bisa lihat kondisinya, sudah pasti ingin muntah. Bukan karena berantakan dan menjijikan, tapi karena tumpukannya yang menjulang. Mengerikan.
Salah Sehun sendiri yang absen dua hari. Ia bersi keras tak mau diganggu selama tak masuk kerja karena betah bersama 'tunangannya' merayakan anniversary. Selama itu pula ia tak pulang ke rumah. Tentu saja villa puncak Bogor menjadi tempatnya berleha-leha bersama Gisel.
Kaca mata baca bertengger di hidung, pulpen di tangan, dan tak lupa pelindung ibu jari juga ia kenakan karena harus bulak balik membuka lembaran. Waktunya berkutat dengan pekerjaan. Ia siap tempur dengan teliti untuk cek setiap laporan, perjanjian, permohonan, dan segala macam tektek bengek urusan yang harus melewati tanda tangannya.
Hingga pukul 11.30 pria itu tak beranjak dari kursi kebesarannya. Hari ini ia dijadwalkan seharian penuh bekerja di kantor. Tak ada pertemuan dengan klien, meeting diluar, janji makan siang, ataupun yang lain.
Tok.. Tok..
"Masuk"
"Permisi pak, ini laporan untuk proyek rumah sakit kemarin"
"Oke taruh disitu aja"
"Ada lagi?" Kata Sehun sambil menalihkan pandangan kearah meja karena sang sekretaris tak beranjak keluar. Ia terlalu fokus dengan dokumen perjanjian sampai tak sadar kalau ada sosok lain yang berdiri menatapnya.
"Gisel?"
"Hai!"
Gisel tersenyum merentangkan tangannya. Lantas Sehun langsung angkat pantat dan datang memeluk. Berpelukan adalah ritual yang selalu mereka lakukan saat bertemu. Gisel pikir hal itu sangat romantis untuk banyak pasangan. Iya, wanita itu yang jadi inisiatornya.
Bersamaan dengan pelukan itu, Nissa beranjak keluar ruangan. Kadang Nissa tak mengerti jalan pikiran atasannya. Sudah menikah saja masih berhubungan dengan orang lain. Apa orang kaya lain yang dijodohkan juga melakukan hal yang sama?
"Konsen banget ya sampe ga sadar ada yang datang."
Sehun balas sindiran itu dengan kekehan. Ia giring Gisel untuk duduk di sofa. "Kenapa ga bilang kalau mau kesini?" Tanyanya sambil menyampirkan rambut samping Gisel ketelinga.
"Surprise?"
Sehun mengacak puncak kepala Gisel pelan. "Ada-ada aja. Apa nih isinya?" Ia raih kotak makan bertingkat yang baru saja disimpan di meja.
Sehun sudah kenal kotak makan itu dari zaman kuliah dulu sampai langsung tanya apa isinya. Sejak dulu, Gisel sering mengatar makan siang untuknya meski ia selalu bilang bahwa itu adalah makanan sisa bulan kemarin yang dibawa untuk meracuninya.
"Itu kosong, udah aku makan duluan."
"Tumben ga bawain makanan sisa bulan kemarin buat aku."
"Stok bulan kemarin udah abis, jadi jatah buat kamu udah ga ada. Lagian kamu kek yang kali-kali bawain aku makanan."
Sehun tertawa, Gisel ada benarnya juga. Kalau dipikir-pikir, selama ini dirinya tak pernah membawakan bento untuk wanita itu.
Berniat rehat sebentar dari pekerjaan, Sehun mengubah posisinya jadi selonjoran dan menaruh kepalanya di paha Gisel.

KAMU SEDANG MEMBACA
Husband in Law
FanfictionMelalui dalih persahabatan dua pria paruh baya, akhirnya terjadi ijab kabul yang menciptakan hubungan tak di inginkan antara dua manusia. Mulai saat ini Serayunika Haditama mau tak mau harus hidup sebagai istri dari Sehun Adimasta. Karena bagi Sera...