Tepat Setahun

376 48 17
                                        

Hola HILERS! It's almost 1 month. Terimakasih ya untuk yang udah nunggu dan selalu dukung cerita ini. I hope you're doing great and happy. Okay, stop basa-basi, kita langsung aja ke ceritanya.

***

The 18th Restaurant and Lounge, The Trans Luxury Hotel - Gatot Subroto, Bandung Centre

Ada sesuatu yang membuat Sera memutuskan untuk tetap pada pendirian awal. Pengenalan itu harus tetap terjadi, karena kalau tidak, Gisel akan membeberkan soal hubungan mereka dan anak yang ada diperutnya ke khalayak.

Jelas saja Sera harus menghalau hal itu terjadi. Ia tak mau perusahan pun keluarganya terkena bombardir berita murahan, apalagi karena urusan pribadi. Soal hubungan gelap dan kehamilan pula.

Mengenai perceraian, entah nanti terjadi atau tidak, ia akan menyerahkan keputusan pada keluarga saja. Sera sudah pusing untuk menetapkan hati. Ia sudah kewalahan. Perasaannya mabuk terombang-ambing di laut kebingungan.

Setelah menghubungi para orang tua, kakak dan ipar seminggu lalu, akhirnya mereka bisa dipertemukan hari jum'at sekarang. Sera sengaja memesan private room dengan pelayanan terbaik untuk ajakkan kali ini. Anggap saja sebagai bentuk rasa sayang dan menghargai kedua belah pihak. Karena memang tak bisa Sera pungkiri, keluarga mertuanya sangatlah baik, anak yang menikah dengannya saja yang kurang ajar.

"Udah lama, nih, kita gak kumpul kaya gini." ujar Ginanjar ditengah santapan penutup.

"Iya bener, Pah. Terakhir pas jenguk lahiran Soraya, kan?" Seno memastikan dan Hardiansyah membenarkan hal itu.

"Makasih loh, Ra. Udah ngumpulin kita semua. Kita harus sering-sering kumpul gini. Sekali lagi Aba ucapkan selamat untuk kalian."

Haditama masih bahagia dengan fakta kalau dirinya akan bertambah cicit. Berita kehamilan Sera memang sudah menyebar dikalangan keluarga beberapa jam setelah pengakuan Sehun.

"Makasih, Aba. Sehun sama Sera minta do'anya untuk kami bertiga."

Kalimat yang dilontarkan Sehun terdengar begitu hangat seiring dengan genggaman di telapak Sera. Pria itu mengusap lembut punggung tangan milik Sera dengan ibu jari. Sedari tadi Sehun suka mencari celah untuk berpaut mesra.

Sera hanya tersenyum sebagai balasan. Kemudian melepas pautan tangan mereka, berpura-pura mengambil tisu.

"Oh iya, ada yang mau Sera omongin sama semuanya." sudah saatnya ia memulai rencana. "Tapi sebelum bicara lebih jauh, ada yang mau ketemu sama kalian dulu."

Beberapa detik setelah itu pintu ruangan terbuka. Semua memandang pada sosok wanita yang berdiri tepat didepan pintu. Terlepas dari semua yang menatap heran, seketika raut wajah Sehun berubah tegang. Bibirnya tiba-tiba kering berikut kerongkongan.

Sera tahu bahwa Sehun terkejut dan kebingungan. Pria itu mungkin berpikir keras dengan kejadian yang sedang ada dihadapannya. Sebab sudah lama Sera tak mengungkit soal Gisel. Sehun justru merasa kalau mereka berdua sudah baik-baik saja, bahkan semakin lengket satu sama lain.

"Masuk." ucapan Sera menusuk. Intonasinya berubah 180 derajat. Sera mulai memperlihatkan sikap dingin didepan keluarga.

Gisel melangkah maju untuk menampakkan diri pada semua yang sedang duduk. Wajahnya agak kaget karena yang dia tahu, Sera akan mengenalkannya hanya pada orang tua Sehun. Tak ada kakak, eyang, dan bahkan mertua serta ipar 'kekasihnya' itu.

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang