Let Me

403 48 32
                                        

Hola, HILERS! Nice to see you again. Terimakasih sudah setia membaca dan support HIL yaa. Terimakasih juga untuk yang tadi udah bersedia mengingatkan.

[Warning 20+] tanpa percakapan atau penjelasan yang "aneh-aneh".

***

Sera and Sehun's House - Dago, North Bandung

Sudah dua hari Sera mengabaikan suaminya yang terus berusaha memperbaiki keadaan dengan berbagai cara. Seperti pagi sebelumnya, pagi ini Sehun pergi membangunkan Sera. Katanya sarapan sudah ia siapkan dimeja makan.

Kalau kemarin menolak segala apa yang disediakan Sehun dan tak ingin makan bersama, kali ini Sera memilih bangun dan ikut turun menuju ruang makan. Sebab ada hal yang ingin ia sampaikan dan tak mau menyimpannya lama-lama.

Tanpa menyuarakan sepatah kata pun Sera menyodorkan amplop coklat pada Sehun. Pria itu baru saja selesai menyantap nasi goreng buatan sendiri.

"Ini apa?" tanya Sehun sesaat setelah tangan kirinya memegang amplop itu.

Baru saja pagi, baru saja tadi ia senang bahwa Sera mau makan bersamanya, kebahagian itu terjun bebas seketika. Sera menyerahkan secarik kertas surat cerai.

Sehun memejamkan mata dan mengambil nafas dalam, kemudian membuangnya perlahan."Aku gak akan pernah setuju kita cerai."

"Dengan kita cerai lo bisa menikah sama cewek itu. That's what you want to and i'm gonna give that." adalah dua kalimat pertama yang Sera keluarkan setelah dua hari bungkam.

Sehun jadi diam begitu mendengar apa yang diutarakan Sera. Urat dirahangnya terlihat kaku. Tatapan sayunya berubah menjadi cukup tajam karena alis yang menukik.

"Bukannya kamu pernah bilang kalau melepas keluarga Adimasta itu kaya kehilangan mutia hitam di lautan samudera?"

"Bagi perusahaan, bukan bagi diri gue sendiri."

Sera melangkah pergi, tak ingin lama bersama suaminya. Karena ia tahu, ia tak akan bisa mengontrol perasaannya. Sera takut luluh karena pria itu.

---

Krystal dan Joan baru saja pulang. Pagi tadi mereka tiba-tiba datang tanpa pemberitahuan. Tumben sekali dua orang sok sibuk itu berkunjung sampai sore begini.

"Rara." suara Sehun masuk gendang telinga Sera. Pria itu ternyata pulang tepat waktu.

Sera melirik sebentar Sehun yang berdiri diseberang meja makan. "Udah lo tanda tangan?" tanyanya datar.

Sehun menghela nafas. Bukannya menawari minum atau menghampiri dan mencium tangan sambil menanyakan tentang sehari ini. Dari sekian banyak kalimat yang bisa Sera utarakan, wanita itu memilih bertanya soal surat cerai. Padahal suaminya baru saja sampai rumah.

"Ra, can we talk?" tanya pria itu dengan tatapan memelas.

"You're just talking."

Gerakan Sera yang mondar-mandir pantry dan lemari es tak pernah lepas dari pandangan Sehun.

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang