Seperti Biasa

357 60 135
                                    

Buat yang dari kemarin nge-mention Gisel. Aku ketemuin kalian sama dia, nih wkwk. Gisel juga penasaran kenapa dia sebegitu tidak disukai atau bahkan mungkin dibenci sama kalian. Jangan lupa disapa Giselnya ya hahaha.

Disarankan baca setelah buka puasa, supaya luapan emosi tidak mengurangi pahala saat berpuasa hehe. Tapi kalau bisa menahan emosi, boleh dibaca sekarang juga. Happy reading!

***

Noah's Barn Coffeenery - Dago, North Bandung

"Here you are."

Sera memandang malas wanita yang duduk didepannya. Kalau bukan untuk mengulik sesuatu, Sera juga tak sudi bertemu.

"Padahal gue bersedia datang ke kantor atau rumah lo karena tau lo orang sibuk."

"Gue ga mau mengotori kantor atau rumah gue lewat kedatangan lo." balas Sera dingin.

Wanita yang kini terlihat lebih berisi dari terakhir pertemuan mereka hanya menyeringai. "Gue tau lo tipe orang yang ga suka basa-basi. Gue pun sama."

"Pasti lo tau alasan kenapa gue minta bertemu." lanjutnya lagi.

Sera yang tak acuh membawa tatapannya pada Gisel. "Dan gue udah pernah bilang, kalau gue ga ada urusan sama lo."

Gisel tertawa kecil. "Tentu aja lo punya urusan dengan gue. Terlepas dari masalah lo, gue, Sehun, dan anaknya."

"Lo kira gue ga tau kalau selama ini dalang dibalik kasus abang dan adik gue itu adalah lo?" lanjutnya kemudian.

"..."

"Lo berniat menjatuhkan gue?"

"..."

"Ck, ck, ck.. gue ga nyangka kalau Serayunika Haditama bisa berbuat demikian hanya karena cowok."

"..."

"Gue rasa itu bukan style lo banget."

"..."

"Tapi itu bisa aja terjadi sih, karena mungkin lo udah terlalu frustasi dengan cinta bertepuk sebelah tangan. Am I right?" senyum sinis Gisel torehkan diujung kalimatnya.

Kemudian dia menyondongkan tubuhnya mendekat kearah Sera. Tangan yang tak berbalut kain itu disimpan diatas meja sambil menangkup wajah milik sendiri. "Sayangnya, Sehun lebih memilih gue." bisiknya dengan nada mengejek.

Tak lama Gisel jadi tertawa. Terlihat puas dengan semua kalimat yang dia lontarkan. Gelak tawanya terdengar jelas karena cafe sedang tak terlalu ramai. Orang-orang disana juga tak hirau dengan mereka sebab merasa biasa. Mereka pikir itu hanya perbincangan lucu antar teman.

Ingin lebih puas mengolok, Gisel menambah ujarannya lagi. Wanita itu ingin Sera merasa sia-sia dengan apa yang telah dilakukannya selama ini.

"Lo bisa aja hancurin keluarga gue. That's really fine for me. Tapi perlu lo ingat..." dia menejeda kalimatnya sebentar. "...gue akan menghancurkan lo lebih dari apa yang lo lakukan. Ada kejutan yang udah gue siapkan." katanya lalu mengedipkan satu mata.

Sera menyeringai. "Udah selesai bacot lo?"

Gisel hanya membalas Sera dengan mengangkat bahu dibarengi mata yang berotasi. Sementara sebelum melanjutkan bicara, Sera bersandar pada punggung kursi sambil bersedekap tangan. Ia terlihat santai dan tak terintimidasi sama sekali.

"Gue kira lo pintar untuk mengerti kata-kata gue sebelumnya. Tapi ternyata otak lo sama sekali ga terpakai."

"Jaga ucapan lo!" seru Gisel naik pitam hingga menggebrak meja.

Husband in LawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang