29. Pengakuan

244 16 1
                                    

"Jika dirimu bukan untukku, maka izinkanlah aku untuk sekedar mengagumi mu dari jauh."

Kalau ada typo ingetin yah!

~A Y A N A~

"Hareudang....hareudang....hareudang...."

Teriak Gio sambil mengibaskan tangannya di depan wajahnya berharap panas yang dia rasakan dapat berkurang.

"Panas....panas....panas...."

Lanjut Radit dengan kipas portable di tangan kanannya hasil menjarah dari teman sekelasnya.

"Woy beli minum dong, dahaga nih aing," teriak kembali Radit kepada teman-temannya yang sedang duduk lesehan dikelas bagian depan.

Alvin mengeluarkan kertas berwarna ungu dan menyodorkannya pada Radit. "Nih kembaliannya buat lo,"

"Lo kira ini tahun 1990, uang ceban mana cukup beli minuman buat kita berlima," Radit misuh-misuh tak jelas.

"Lah yang bilang buat kita berlima siapa? Orang gue nyuruh beli buat gue sendiri, kalian beli aja masing-masing." Semua teman Alvin dibuat mengelus dada mendengar penuturan cowok itu barusan, dasar pelit.

"Astaghfirullah punya temen gini amat," Gio mengelus dada.

"Nih, buruan belinya jangan kelayapan dulu," Alfan menyodorkan uang dengan nominal lima puluh ribu kepada Radit yang langsung diterima dengan senang hati. Setelahnya Radit langsung ngacir menuju kantin.

"Nah gitu dong beramal. Kata pak Haji, barang siapa yang membantu teman yang sedang kesusahan niscaya Dia akan diberikan balasan berlipat ganda, contohnya wifi geratis." Ujar Gio pada Alfan dengan tangan tak henti-hentinya mengelus pundak cowok itu.

Alfan menepis tangan Gio yang ada di pundaknya. "Berlipat ganda palelu, orang wifi gratis emang udah di sediakan sekolah," Gio hanya nyengir mendengar penuturan Alfan.

Alvin memperhatikan Ari yang sedari tadi hanya diam memandangi layar laptop di atas meja guru sana, "Ri, liat apaan sih serius banget," Alvin menendang kecil kaki Ari yang menjuntai bebas dari atas kursi sana.

Tidak ada jawaban dari Ari, sesekali cowok itu membetulkan letak kaca matanya. Karena penasaran, Alvin bangkit berdiri dan melihat layar laptop yang sedari tadi diperhatikan Ari. "Lah itu rekaman Ayana lagi bersih-bersih ngapain lo liatin? Ngefans lo sama dia?"

Mendengar kata Ayana, Alfan langsung menghampiri Ari dengan Gio yang membuntut dibelakang, "itu rekaman CCTV kemarin sore ngapain lo pantengin terus? "

Ari menghela nafas mendengar pertanyaan dari teman-temannya, tidak bisakah dia dibiarkan sendiri mengurusi pekerjaannya?

"Darren nyuruh gue buat liatin CCTV kemarin sore," ucap Ari datar.

"Buat apa?" Tanya Alfan tak santai.

Ari mengeluarkan smirk. Benar dugaannya, Alfan pasti bertanya macam-macam jika sampai dia memberi tahu masalah ini. "Kemarin Ayana di kunci di perpustakaan, untung disekolah masih ada Darren, kalau enggak gue gak tau nasib Ayana gimana. Udah mati ketakutan kali," terang Ari memberikan penjelasan.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang