02.Dendam siapa?

671 55 1
                                    

~A Y A N A~

Sepi

Suasana yang dia rasakan bila berada di rumahnya.  Rumah mewah ini hanya diisi oleh dia seorang. Orangtuanya hanya pulang dua kali dalam sebulan, itupun paling cepat. Bahkan pernah kedua orangtuanya tidak pulang sama sekali dalam waktu dua bulan. Iya, mereka terlalu sibuk membangun perusahaan raksasa mereka tanpa memperdulikan putrinya yang butuh mereka.

Sebetulnya Ayana memiliki dua saudara. Adiknya—Caca, dia melanjutkan sekolahnya di Jerman. Dan Rangga—kakanya, dia dipercaya untuk menjaga Caca di Jerman sambil melanjutkan kuliahnya disana. Ayana merasa di bedakan dalam hal ini. Mengapa hanya mereka berdua yang dikirim kesana, sedangkan disini dia merasa kesepian.
Problem di masa lalu yang sudah memisahkan ketiganya. Padahal dulu, Ayana sangat amat menyayangi adiknya itu. Tapi, sepertinya dia tidak demikian.

Semenjak kepergian kedua saudaranya, orangtuanya pun ikut pergi. Mereka menjadi lebih sibuk dengan pekerjaan mereka. Dia tahu, menghidupi dua orang yang tinggal di negeri orang itu tidak murah. Apalagi dia tahu bahwa mereka berdua di sekolahkan di sekolah ternama disana. Tidak sedikit biaya yang harus di keluarkan.

Ayana merebahkan tubuhnya di ranjang. Ingin segera menyelami alam mimpi jika saja perutnya tidak berbunyi minta diisi. Dia baru ingat makanan terakhirnya adalah batagor tadi siang, itupun tidak dia habiskan karena tidak nyaman dengan kehadiran Alfan.

"Kaya anak kost ajah gue makan mie instan mulu tiap hari," monolog Ayana. Tangannya meraih mie instan di lemari penyimpanan di dapurnya.

Sebetulnya Ibunya sudah menyediakan pembantu di rumahnya. Tapi, hanya untuk membereskan rumah dan masalah kebersihan lainnya. Itupun tidak tinggal disini, pembantunya akan pergi pada pukul tiga sore setelah memastikan pekerjaan di rumah sudah selesai. Ayana sendiri menolak untuk dimasakan oleh pembantunya itu. Dia hanya tidak terbiasa makan masakan orang lain. Terkecuali dia membeli dari luar, itu hal yang berbeda.

Orangtuanya sangat mampu untuk menyewa asisten rumah tangga tetap. Tapi mereka tidak melakukannya, mereka bilang Ayana cukup mandiri untuk melakukannya sendiri.

Iya, sangat mandiri. Sampai mengambil rapot di sekolah pun oleh dia sendiri.

Ayana memakan mie instan nya dengan gerakan kilat, dia ingin cepat cepat berbaring di kasurnya.
Setelah selesai Ayana segera menuju kamarnya dan membaringkan diri diatas kasurnya.

22.43

Ayana terbangun dari tidurnya. Dia merasa haus,
Ayana pergi kedapur untuk mengambil minum.
Ayana menuruni tangga, saat sampai di anak tangga terakhir dia menatap pintu kamar kedua orang tuanya yang terletak tepat disamping tangga yang tertutup rapat.

Huffh

Ayana hanya menghela nafasnya. Mungkin minggu ini mereka tidak pulang. Namun, baru saja Ayana akan melangkah tiba tiba suara kedua orangtuanya membuat langkah Ayana terhenti.

"Kita harus apa? Kita gak bisa ngebiarin anak kita dalam masalah," terdengar suara Mamanya dari dalam kamar. Ternyata orangtuanya sudah pulang tanpa sepengetahuannya.

"Dia udah lama sakit, tapi kenapa dia masih bisa mengusik kita?"

Tanpa sadar kaki Ayana perlahan mendekat kearah pintu. Dia mulai tertarik dengan pembahasan kedua orang tuanya, terlebih mendengar perkataan Papanya baru saja.

"Dia pasti di bantu orang lain. Dia orang terpandang, dia bisa melakukan apa saja. Mama takut, mereka meneror Rangga juga di Jerman." Suara Arin terdengar lirih, mungkin saja sekarang dia sedang menangis di pelukan Deril.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang