"Bagian tersulit tentang melupakan adalah ikhlas. Lantas bagaimana bisa aku melepaskannya begitu saja."
~A Y A N A~
"Bu, ini makan siangnya."
Mbok Jum menoleh pada Alvin yang berdiri di sampingnya. Alvin yang ditatap, memejamkan matanya sejenak lalu mengambil alih nampan berisi makan siang untuk Fira.
"Mami, Alvin masuk yah."
Kamar luas yang didominasi warna putih dan dusty ini terasa sepi. Jika biasanya siang seperti ini Fira sedang melihat berita infotainment dikamarnya dengan tangan yang sibuk merajut, namun kali ini tidak. Fira hanya duduk di kursi yang menghadap ke jendela yang langsung dihadapkan dengan lapangan basket yang biasa Alfan dan Alvin pakai untuk latihan.
"Mi, ini makan siangnya." Ucap Alvin dengan tubuh jakungnya yang berdiri tepat dibelakang Fira.
"Simpan aja di atas meja, Vin." Jawab Fira pelan, sangat pelan. Bahkan nyaris seperti bisikan.
Alvin melihat masih ada sarapan tadi pagi yang belum di sentuh sama sekali diatas meja, juga potongan buah dan vitamin yang masih utuh tanda belum di makan sama sekali.
Selalu seperti ini, jika bukan karena paksaan Daniel, Fira tidak akan makan karena terus memikirkan keberadaan Alfan. Berbicara soal Daniel, pria setengah baya itu akhir-akhir ini jarang sekali pulang ke rumah. Ia selalu menyibukan diri dengan segala pekerjaan yang ada di kantor. Semua itu dia lakukan hanya karena tidak ingin terus-menerus memikirkan keberadaan Alfan.
Tiga puluh lima hari, sepanjang hari itu orang-orang bertanya dimana keberadaan Alfan, apakah cowok itu baik-baik saja dan apakah cowok itu masih berpijak di tanah yang sama. Bahkan Polisi belum menemukan salah satu dari kesebelas tersangka.
"Makan siangnya dimakan yah Mi, nanti Alvin di marahin Papi kalau Mami gamau makan."
Sesak di dadanya semakin terasa saat melihat Fira hanya diam menatap kosong kedepannya. Alvin menaruh makan siangnya dan membereskan makanan yang belum disentuh itu. Tak lupa mematikan AC karena udara di sekitar kamar yang cukup sejuk.
"Gimana, Den. Mau makan?" Tanya Mbok Jum dengan penuh harap. Alvin hanya tersenyum lalu membawa makanan tadi pagi ke dapur.
Alvin menundukan kepalanya dengan mata terpejam, menahan cairan bening agar tidak jatuh. Semuanya terasa sangat berat, dirinya tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana.
Melihat kondisi Fira yang setiap harinya semakin menurun, membuat hati Alvin terasa diremas kuat. Kemana lagi Alvin harus mencari keberadaan saudaranya? rasanya seluruh daratan telah Alvin injak untuk mencari dimana Alfan sekarang.
Tidak mudah melewati tiga puluh lima hari tanpa Alfan. Sangat sulit bagi mereka untuk membiasakan diri tanpa kehadiran seseorang yang selama ini selalu hadir.
~A Y A N A~
"Ayana, ada?"
Rangga tersenyum melihat kehadiran Rachel di sore hari ini. Hampir setiap hari perempuan yang mengklaim dirinya sebagai sahabat Ayana itu terus datang kerumah hanya untuk memastikan kondisi sahabatnya.
Rachel dipersilahkan masuk dan dibawa menuju belakang rumah, menunjukkan keberadaan Ayana yang sedang duduk ditepi kolam.
"Tolong bawa dia masuk yah, gue khawatir dia masuk angin. "
KAMU SEDANG MEMBACA
A Y A N A (Revisi)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ~ Bukan tanpa alasan orang tua dari Ayana Xaviera Anastasya ingin sekali menjodohkannya dengan anak dari sahabat mereka yaitu, Alfan cam Fraklin. Orang tua Ayana menganggap, jika Ayana bertunangan mungkin gadis itu akan ad...