31. Perjuangan

242 12 0
                                    

Kita sedang berada didalam lingkaran kemalangan dimana aku mencintai kamu yang tidak pernah mencintaiku kembali, dan kamu mencintai seseorang yang tidak pernah mencintai dirimu kembali.

Kalo ada typo tandain!

~A Y A N A~

"Yakin lo berani sendirian dirumah? atau kita tunggu sampai Alfan pulang deh,"

Ayana menghela nafas jengah mendengar ocehan Bella yang tidak berhenti menghawatirkan dirinya. Ayana ini sudah besar, sudah terbiasa pula berada sendirian dirumah, kalau memang benar Bella khawatir kenapa tidak dari dulu saja.

"Gue gapapa Bella, mendingan lo cepet pulang deh, kasian si Saras udah di telfonin sama nyokapnya daritadi. Lagian juga si Alfan bentar lagi pulang," tutur Ayana menjelaskan agar kedua gadis yang berdiri di teras rumah ini segera pulang. Bukan maksud Ayana mengusir, tapi gadis itu merasa tidak enak pada Saras yang sedari tadi terus di telfon oleh ibunya yang menyuruhnya pulang karena sudah larut.

Saras mengerucutkan bibirnya karena sudah pegal berdiri terus di teras seperti ini, belum lagi dirinya hanya memakai kaos tanpa lengan yang membuat angin malam menusuk melewati kulit mulusnya. "Bella kalau mau pulang ayok cepetan, kalau mau nunggu Alfan kita kedalem dulu aja. Rara kedinginan nih,"

"Yaudah deh yok pulang, gak tega gue liat lo masuk angin. Ay, bukain gerbang dong," Bella dengan tidak tahu malunya menyuruh tuan rumah.

Ayana berjalan menuju gerbang ogah-ogahan. "Cepet pulang sono!" ketus Ayana.

"Dadah sayank," pamit Bella yang membuat Saras dan Ayana bergidik ngerti.

"WAALAIKUMSALAM!" Teriak Ayana bermaksud menyindir saat mobil Bella meninggalkan pekarangan rumahnya.

Saat hendak menutup kembali gerbang, motor Alfan sudah sampai duluan dihadapan gadis itu. Ayana terdiam sesaat, dirinya bingung harus bersikap seperti apa. Ayana kan sedang marah pada Alfan karena masalah kemarin malam, tapi kalau terus-terusan marah bagaimana bisa dia mulai untuk memperjuangkan cintanya. Tapi Ayana gengsi kalau harus memulai pembicaraan lebih dulu, kan disini yang salah Alfan.

"Lo mau terus-terusan berdiri di sana?" tanya Alfan yang sudah masuk ke pekarangan membuyarkan lamunan Ayana yang masih berdiri  di samping gerbang yang belum tertutup sepenuhnya.

Ayana mengerjapkan matanya beberapa kali. Setelah tersadar gadis itu membalikan badannya tanpa memandang wajah tunangannya, gengsi bray. Ayana berjalan masuk kerumah mendahului Alfan yang masih menatapnya.

Alfan yang melihatnya hanya bisa menghela nafas. Cowok itu segera memasukkan motornya kedalam garasi dan segera masuk kedalam menyusul Ayana. Saat masuk kedalam, terlihat Ayana yang sedang menonton TV ditemani dengan boneka kelinci pemberian Rangga saat gadis itu masih duduk di bangku sekolah dasar.

"Ayana, gue minta maaf," lirih Alfan. Tapi sayangnya orang yang diajak bicara malah bersikap acuh seolah tidak mendengar apapun.

Tak menyerah sampai disana Alfan langsung duduk disamping Ayana dengan kedua tangan yang menggenggam erat tangan Ayana. "Please Ay, maafin gue. Gue kemarin kebawa emosi makanya bisa semarah itu. Jangan cuekin gue lagi yah," Alfan memberikan tampang melasnya.

Ayana yang mulai merasa risih langsung menoleh pada Alfan dengan tatapan tajam, tapi tatapan itu tak bertahan lama setelah melihat wajah penuh lebam dari cowok didepannya. "Astagfirullah Alfan, muka lo kenapa? berantem lagi yah? tauran lagi?" tanya Ayana beruntun dengan wajah yang menyiratkan kekhawatiran. Okay kali ini Ayana harus mengalahkan gengsinya.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang