58. Menyesal

221 23 3
                                    

Mengikhlaskan artinya merelakan dia bersama siapa pun. Sebab, akhirnya aku paham. Kita dipertemukan hanya untuk menjadi teman”

~A Y A N A~

"Ca, ini beneran?"

Caca reflek melempar cat kuku yang sedang dia gunakan. Dia terkejut karena Rangga yang tiba-tiba masuk tanpa permisi kedalam kamarnya sambil menodongkan handphone yang menayangkan video kejadian di parkiran kemarin.

"Ahhh kecoret kan," Caca menghapus kembali cat kuku yang dia poleskan ke kuku kakinya. "Apaan sih, ngapain kesini malem-malem?"

"Ini,"

Caca langsung berdiri saat melihat apa yang Rangga tanyakan. "Bang Rangga nemu vidio itu darimana?"

"Vidionya viral dimana-mana, satu Indonesia tahu vidio itu."

"Astagfirullah, padahal udah gue usahain biar ilang dari media sosial."

"Eh tapi Bang Rangga pura-pura gatau aja yah, kayaknya Ayana juga pengen mendem ini sendiri. Buktinya sampe sekarang dia gak cerita apa-apa."

"Gak bisa. Tangan gue gatel pengen nonjok mukanya tuh cowok!"

Tangan Caca menggenggam tangan Rangga. "Jangan ih, jangan berulah deh,"

"Pantes tuh anak murung terus,"

"Udah yah, kayaknya Ayana juga gamau masalah ini berlarut-larut jadinya dia diem aja. Bang Rangga diem aja sampe Ayana cerita,"

Akhirnya Rangga luluh, dia menenangkan dirinya sendiri. Emosinya dia pendam demi Ayana.

Beberapa menit Rangga hanya diam menatap pintu kamar Ayana sebelum akhirnya masuk kedalam setelah sebelumnya mengetuk pintu terlebih dahulu. "Ay, udah tidur belum?"

"Belum, ada apa Bang?"

"Enggak pengen aja kesini," Rangga duduk di ujung ranjang. Ayana yang tadinya tengkurap menarik diri menjadi bersila.

Bisa Rangga lihat wajah sembab Ayana. "Abis nangis?"

"Iya, gue lagi nonton film." Jawab Ayana cepat.

"Ada yang mau di ceritain gak?" Rangga mencoba memancing  Ayana untuk bercerita.

"Tumben banget nanya gitu, kenapa sih?"

"Pokonya kalo udah siap curhat, cerita aja yah. Gue siap dengerin kapan aja."

Setelah itu Rangga pergi dari kamar Ayana. Sebelum benar-benar pergi dia mengucapakan selamat malam terlebih dahulu.

~A Y A N A~

"Udah kali Dit, jangan ngebatin terus."

Radit yang sedang uring-uringan karena HPnya masih belum ditemukan itu menghampiri Ari yang sedang bermain game.

"Ari, aipon gue ilang," Radit menangkup wajah Ari dengan jarak cukup dekat. Langsung saja Ari menendang perut cowok itu agar menjauh.

"Najis lo Dit!"

"Coba lo inget-inget dimana terakhir lo simpen," kata Gio.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang