68. Shield

174 15 6
                                    


“Jika ini memang berakhir sampai disini, aku harap kamu bisa bahagia walaupun bukan karena kita."

~A Y A N A~

kata orang dia adalah si penebak yang hebat. Namun, kali ini intuisinya salah. Kening Rangga berkerut mencoba mengingat bahwa tempat ini adalah bekas penculikannya dulu. Ingatannya tidak salah, memang ini tempatnya. Tapi sayangnya gudang miras kini sudah berubah menjadi jejeran ruko yang ramai.

"Itu sepuluh tahun yang lalu, wajar kalau tempat ini udah beralih fungsi." Kata Ari dengan alis menyatu.

Alvin menyapu pandangan. Mencoba mencari hal janggal diantara ruko yang berjejer rapi sepanjang jalan. Mereka pasti tidak membawa Ayana ke sini, itu terlalu mudah di tebak. Hanya karena ingin membuka kenangan lama tidak menjadikan tempat ini sebagai tempat dimana Ayana di culik.

"Apa kata polisi?" tanya Alvin selanjutnya yang hanya di tanggapi tatapan pasrah dari Ari. Ia tahu polisi tidak akan menganggap serius soal hilangnya remaja tujuh belas tahun, tidak jika orang itu sudah cukup dewasa. Mengingat apa yang telah terjadi belakangan, polisi menganggap Ayana kabur dari rumah karena merasa tertekan dengan orang-orang di sekitarnya. Atau Ayana kabur karena merasa malu atas kehamilannya. We never know.

Untuk sejenak Ari menganggap asumsi polisi itu benar. Tapi kenyataan yang terhampar didepannya kembali menyadarkan Ari bahwa tidak mungkin Ayana akan kabur hanya karena depresi atau semacamnya. Meski tidak terlalu tahu seperti apa karakter Ayana, dengan mengenalnya beberapa bulan ke belakang cukup membuktikan bahwa Ayana bukan orang yang seperti itu.

Sementara yang lainnya mengikuti Rangga ke tempat yang katanya bekas penculikanya dulu, Bella justru memilih untuk pergi mencari kebenaran sendiri. Dia sudah menduga tempat yang ditunjukan Rangga itu salah, itu terlalu gampang di tebak dan terlalu dekat dengan keramaian. Terlebih Bella pernah ke tempat itu untuk mengantar Ayahnya yang hendak menyewa ruko disana.

Dan disinilah sekarang, Bella berdiri didepan rumah mewah berpagar tinggi. Ia yakin bahwa ini adalah kediaman Aurel. Tapi sudah ketiga kalinya memencet bel, tidak ada yang keluar.

Tentu saja Bella tidak akan menyerah hanya karena  tidak diberikan akses untuk masuk kedalam. Aurel adalah saudara Darren, dan beruntungnya Bella sudah beberapa kali berkunjung ke rumah cowok itu dulu hanya untuk menemani Ayana pacaran. Iya itu dulu. Saat dimana Ayana dan Darren masih di bulan-bulan pertama hubungan mereka, jaman dimana Ayana masih malu dan terlalu canggung untuk pacaran berdua. Jadinya Bella atau temannya yang lain selalu mengekori mereka pacaran. Dan kabar baiknya kediaman Darren hanya berjarak satu rumah dari kediaman Aurel.

Bella berjalan menuju rumah mewah bercat putih itu. Saat tangannya hendak menekan bel, gerbang yang menjulang tinggi itu lebih dulu dibuka menampilkan Darren yang mendorong motornya keluar.

Melihat kehadiran seseorang yang tak terduga membuat Darren sedikit kaget. Satu alisnya terangkat menanyakan maksud kedatangan Bella tanpa berbasa-basi.

"Lo tau Aurel pergi kemana?"

"Gak,"

"Terus lo mau pergi kemana?"

"Penting buat, lo?"

Oke sepertinya Darren sedang dalam mood yang buruk. Dia tau Darren bukan tipe cowok irit bicara. Tapi dilihat dari penampilannya sepertinya dia hendak pergi berolahraga. Atau mungkin pergi latihan taekwondo, karena seingatnya cowok didepannya ini memang menekuni beladiri tersebut.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang