66. Pergi dan Kembali

185 15 0
                                    

"Kamu, masih ada disini bukan?"

~A Y A N A~

Tempat curhat terbaik untuk Ayana saat ini adalah, Ibunya. Bercerita tentang hari kemarin, berkeluh kesah atas kejadian yang terjadi hari ini, dan berfikir apa yang harus dilakukan hari esok. Meskipun kalimat yang terucap dari bibir Ayana tak mungkin mendapat balasan, tapi baginya itu sudah cukup.

"Hari ini aku udah baca surat drop out nya. Dan Papa ngusulin aku buat homeschooling, tapi aku gamau, Ma. Gaada gunanya juga lanjut sekolah," Tangan Ayana mencabut beberapa rumput yang tumbuh diatas pusara Mamanya. Lalu mengusap nisan yang bertuliskan nama lengkap perempuan yang sudah melahirkannya tersebut. "Aku mau ngabisin hari aku disini aja, cerita sama Mama. Kita kan udah lama gak pernah ngobrol panjang lebar kaya gini."

Mengingat hari yang sudah semakin sore, Ayana memutuskan untuk pulang. Tapi baru saja dia bangkit berdiri, getaran dari dalam tas selempang yang dia gunakan menghentikan gerakannya yang sedang menepuk-nepuk rok selututnya.

Nama Rachel terpampang jelas disana, tanpa pikir panjang dia langsung mengangkat panggilan tersebut. "Halo, ka. Kenapa?"

"To—tolong, Ay. Ak—aku, aku—"

"Ka, lo kenapa? Ka Rachel, jawab." Ucap Ayana setengah berteriak. Jelas Ayana sangat khawatir mendengar nada suara Rachel yang begitu lemah.

"Dibelakang kamu,"

Ayana berbalik dan menemukan Rachel sedang berdiri sangat jauh darinya. Meskipun begitu dia bisa melihat jelas ada dua pria yang berdiri dibelakang Rachel.

"Tolong, aku takut sama mereka."

Ponsel yang masih dalam genggaman jatuh. Ayana langsung berlari ke arah Rachel, tak memperdulikan bahwa dirinya sekarang masih ada di pemakaman. Tiba saat dirinya sudah didepan Rachel, Ayana langsung memeluk Rachel dengan erat. Terlihat wajah sembab Rachel dengan rambut yang sedikit berantakan, juga suara isak tangisnya. Rachel menunduk, lalu mengangkat kepalanya. Wajahnya datar, dengan mata yang memandang lurus ke depannya. Lalu dia tersenyum membuat Ayana dibuat kebingungan.

"Ka, lo gapapa?"

Bugh

Semuanya berubah gelap. Ayana tidak bisa mengetahui apa yang baru saja terjadi. Yang dia tau, tubuhnya diseret lalu dimasukan kedalam mobil sebelum akhirnya dia benar-benar kehilangan kesadarannya.

~A Y A N A~

Apa yang membuat kalian stres selain ulangan?

Jika menurut Caca ada yang lebih memusingkan selain kertas ulangan, itu adalah jalan hidup dirinya. Oh bukan, lebih tepatnya jalan hidup keluarganya terasa berbelit-belit. Mungkin jika ada yang bisa melihat isi otaknya sudah seperti benang kusut.

"Kalo Ka Aurel sepupunya dia, berarti Ka Darren juga masih saudaranya juga dong. Buset dah, jadi selama ini udah banyak yang tau, tapi pada diem aja."

Caca mengacak rambutnya frustasi. Sepanjang perjalanan menuju rumah, hatinya merasa gelisah. Entahlah, semenjak keluar dari cafe tadi, perasaannya terus tidak tenang.

"Rumah nomor empat lima, Pak." Ucap Caca pada supir taxi. Setelah mobil berhenti, Caca segera turun dan langsung menemukan ada mobil lain yang terparkir di rumahnya.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang