04. Undangan

519 44 2
                                    

Happy Reading ❤

Sepertinya kedua orang tua Ayana memang berniat sekali untuk menjodohkan Alfan dan Ayana. Buktinya sekarang mereka sedang membujuk Ayana untuk menerima perjodohan ini.

"Kenapa sih kalian maksa banget Ayana buat nerima?" tanya Ayana sambil menahan kekesalannya.

"Ayana kalian hanya akan bertunangan bukan menikah!" Bentak Deril karena sudah lelah membujuk anak gadisnya.

"Sayang, perjodohan ini tidak akan menggangu masa depan kalian berdua," lirih Arin dengan suara lembut khas seorang ibu yang bagi Ayana itu sangat menyebalkan.

"Kenapa aku yang harus nanggung akibat dari kesalahan Mama sama Papa? kenapa cuman aku?"

Arin beralih lebih mendekat, tatapannya begitu tulus dan menyiratkan keputusasaan. "Mama mohon, demi kamu. Untuk kali ini saja Mama meminta kamu menurut,"

Menghembuskan nafasnya lelah, Deril melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya. "Kamu pastinya tidak ingin kejadian sepuluh tahun yang lalu terulang kan, Ayana?"

Ayana memejamkan matanya, mencoba menghalau rasa takut yang tiba-tiba menjalar kesekitar tubuhnya. Dampak dari penculikan itu memberikan trauma tersendiri bagi Ayana.

"Terus kenapa aku yang dijodohin, kenapa bukan Caca aja?"

"Caca tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini, tolong jangan libatkan dia." Deril memberikan penekanan disetiap kalimatnya.

Ayana tersenyum sinis, sudah pasti Arin dan Deril tidak akan melibatkan anak kesayangannya itu dalam masalah. Apalagi sampai dilibatkan dalam hal konyol yang mereka sebut 'perjodohan' itu.

"Oiya, dia kan, anak pungut. Gaada hubungannya sama masalah keluarga kita."

Plakk

Ayana memegang pipi kirinya yang terasa memanas akibat tamparan keras dari Arin. Ayana berusaha untuk tidak menangis, meskipun tidak bisa. Bukan hanya pipinya saja yang perih, tapi juga hatinya. Ibunya yang dulu selalu menyayanginya kini menamparnya hanya karena Caca.

"Jada ucapan kamu Ayana. Caca anak Mama dan Papa, adik kamu juga. Status kalian sama." Kilatan amarah terpancar dari mata sayu Arin.

Sakit, Arin tega menamparnya hanya untuk membela Caca. Padahal yang Ayana katakan adalah sebuah kebenaran, bahwa Caca hanyalah seorang bocah yang dulu Mamanya adopsi karena kasihan. Seharusnya Ayana sadar lebih awal, bahwa keluarganya berubah setelah kedatangan orang asing bernama Marissa Adriana.

"Ayana benci kalian!"

~AYANA~

"Jadi bagaimana?" tanya Daniel penuh harap pada Alfan.

Sekarang keluarga Ayana dan keluarga Alfan sedang berkumpul di rumah Ayana untuk menanyakan hasil keputusan Alfan. Dan Ayana cukup optimis Alfan tidak akan menyetujui perjodohan ini.

"Alfan sudah memikirkannya dan keputusan Alfan...." Ucapannya yang menganggtung membuat semua orang penasaran, terutama Ayana yang merasa cemas.

"Tolak aja fan, please." Ucap Ayana dalam hati.

"....menerima," lanjut Alfan yang dihadiahi binar kebahagiaan untuk Arin dan Deri, tapi tidak bagi Ayana yang sudah menekuk wajahnya. Kenapa Alfan menerima? Apa Alfan sudah tidak waras atau bagaimana?

Semua orang bernafas lega tapi tidak dengan Ayana yang menatap tajam sosok Alfan yang duduk di depannya. Bahkan tangannya sudah meremas kuas dress yang dia kenakan.

"Baiklah pertunangan akan dilaksanakan bulan depan, bagaimana?" tanya Fira memberikan usul.

Alfan dan Ayana hanya mengangguk pasrah tanpa mau membantah kedua orang tuanya.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang