67. Another Suprise

152 13 0
                                    

"Mengapa harus kamu?"

~A Y A N A~

Sinar matahari dari celah bangunan berhasil mengusik Ayana dari ketidak sadarannya. Kakinya masih terikat pada pipa besi, juga tangannya yang diikat ke belakang tubuhnya. Tapi setidaknya untuk sekarang dia bisa bernafas lega karena ruangan ini tidak segelap malam hari. Melawan rasa takut di tengah ruangan gelap sepanjang malam sudah cukup menyiksanya.

Tenggorokannya kering, dan kepalanya terasa berdenyut sakit. Ayana tidak yakin apa ada yang bisa menemukannya di tempat ini, karena dia yakin tempat ini berada jauh di pinggiran kota.

"Gimana, Ayana. Udah tau kan kalo gue gak pernah bercanda sama kata-kata gue?"

Seseorang duduk di pojok ruangan. Namun Ayana tidak bisa melihat siapa dia karena posisinya dia membelakangi orang itu. Yang jelas dia yakin jika orang itu seorang perempuan.

"Cupu! Mainnya dari belakang, pengecut lo." Ucap Ayana yang hanya di tanggapi kekehan ringan.

Orang dibelakangnya berjalan perlahan lalu berdiri tepat dibelakang Ayana. "Jangan belagu, nyawa keluarga lo ada ditangan gue. Setelah Airin Atmajaya, kira-kira siapa yang selanjutnya gue kirim ke neraka?"

"Setelah nyokap gue, lo yang harus mati. LO BAKAL GUE KIRIM KE NERAKA!" Ayana tidak bisa menahan amarahnya. Setelah sekian lama dia mencari, ternyata orang yang berdiri di belakangnya inilah pembunuh Ibunya.

"Selanjutnya Deril Xavier, oh atau adik pungut lo itu. Eh tapi kayaknya abang kesayangan lo yang suka ikut campur itu lebih bagus kalo cepet mati."

"Jangan coba-coba lo ganggu keluarga gue!"

"Jangan ganggu keluarga lo? kenapa gue gak boleh ngelakuin hal itu, padahal dulu si brengsek Deril itu ninggalin nyokap gue dan milih Arin. Bokap lo ngebuang gue sama nyokap gue, dia bahkan gak mau ngakuin kalo gue anaknya. Setelah semua itu, apa gue harus bersikap baik ke keluarga bahagia kalian itu, hah?"

Terkejut sudah pasti, fakta yang baru saja Ayana ketahui. Deril terkenal dengan kepribadiannya yang baik dan tulus, lalu mendengar fakta tersebut seolah menunjukan sifat yang begitu bertolak belakang.

Dagu Ayana di cengkram dari belakang, lalu orang itu membisikan sesuatu yang semakin membuat Ayana lemas dibuatnya. "Gue, Rachel Amelia Charlotte. Gaakan pernah berhenti sebelum kalian menderita, paham?" Dihempaskannya begitu saja lalu pergi melewati Ayana yang masih terdiam seribu bahasa.

~A Y A N A~


"Iya nanti gue izinin, lagian masa sih dari malem baru pulang sekarang?" Bella mengeraskan sedikit volume untuk mendengar jawaban dari Alvin di seberang sana. Sepertinya Alvin sedang berada di jalan menyebabkan suaranya teredam.

"Emang baru selesai Bel, polisi tuh gak nanganin satu kasus aja. Udah yah gue tutup telfonnya, gue lagi nyetir nih."

Menurunkan ponsel dari telinga, kini pandangan Bella fokus memindai orang-orang di kelas XII-IPS 2, namun orang yang dia cari tidak ada disana. Terlalu fokus memperhatikan kedalam, sehingga tidak sadar ada seorang Guru yang menangkap basah dirinya yang sedang mengintip ke dalam.

"Cari siapa?" Kata Guru perempuan itu yang sepertinya baru kembali dari ruang Guru.

Bella cengengesan lalu menyalami Guru yang menjabat sebagai Guru ekonomi. "Cari Ka Rachel Bu, tapi kayaknya gak masuk."

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang