Hari berlalu dengan cepat, tidak terasa sudah empat puluh hari semenjak kepergian Arin. Dan sampai sekarang masih sama, Ayana masih belum bisa merelakan kepergiannya."Ayok, nanti kita telat ke sekolah," kata Alfan mengingatkan Ayana. Gadis itu menabur bunga keatas tanah pemakaman lalu berdiri menyusul Alfan yang sudah berjalan terlebih dahulu.
"Udah lah Ay, jangan murung terus kaya gitu. Life goes on."
"So bijak dasar!" Ayana melempar Alfan dengan air phone.
"Mau sarapan dulu atau nanti aja di sekolah?" tawar Alfan. Karena memang keduanya belum sarapan karena buru-buru pergi ziarah ke peristirahatan terakhir Arin.
"Langsung ajalah gue males turun mobil. Btw lo tumben bawa mobil, mau sekalian jemput Sella atau gimana?" tanya Ayana dengan nada sinis.
"Tadinya sih iya, tapi dia berangkat duluan karena lo kelamaan tadi di kuburan," Alfan reflek menutup mulutnya saat mengucapkan kalimat itu. Dia salah bicara, takut-takut nanti Ayana akan tersakiti dengan ucapannya barusan. "Eh enggak, maksudnya Sella buru-buru jadinya pergi duluan."
Wajah berseri Ayana seketika berubah. "Maksud lo apa, lo gak ihklas nganterin gue ke pemakaman tadi?"
"Enggak Ayana, astaga!"
"Sumpah gue iklhas, gue ikhlas lahir batin. Suer dah," Alfan mengacungkan kedua jarinya membentuk peace. "Udah ah gausah marah gitu, muka lo kaya dakocan,"
"Lah elo kaya boneka mampang!" Ayana memeletkan lidahnya. "Jajanin gue baso mang ujang yah?" Ayana menunjukan wajah so imutnya.
"Gue lagi miskin,"
Ayana mencebikan bibirnya, Alfan pelit mode on.
"Pelit!" Ayana melihat sekitar, ternyata ini sudah sampai di parkiran. Dia keluar mobil dengan sedikit membanting pintunya.
Ayana berjalan menuju koridor. Tapi baru saja kakinya menginjak anak tangga pertama, tubuh Ayana terdorong ke depan karena beberapa siswa yang saling mendorong.
"Lo gapapa?" tanya Darren yang berdiri di depan Ayana.
Ayana masih di posisi yang sama, badan condong ke depan dengan seseorang yang menahan backpack yang dia kenakan. "Gapapa, Ren lepasin tas gue dong."
Darren mengangkat tangannya memberi tanda bahwa dia tidak memegang tasnya.
"Makanya kalo jalan hati-hati!"
Ayana melirik ke belakang dan melihat Alfan yang menahan tas nya dengan tangan kiri masuk ke saku celana. So' cool.
Cepat-cepat Ayana berdiri tegap. Berdiri dengan canggung diantara Alfan dan Darren yang berdiri berhadapan dengan tatapan tajam masing-masing.
"Darren bukannya kalo pagi-pagi lo harus jaga di gerbang yah?" tanya Ayana bermaksud mengusir Darren. Iya biar Darren cepet pergi.
"Gak, ini giliran anak pramuka."
"Katanya mau jajan baso Mang Ujang, yok cepetan," Alfan memegang kembali tas Ayana lalu menyeretnya pergi menjauh dari Darren.
Tangan Ayana melambai-lambai pada Darren dengan cengiran khasnya. Sedangkan Darren yang melihatnya hanya tersenyum tipis.
"Katanya lagi miskin tap-"
Ocehan Ayana berhenti saat Alfan juga menghentikan langkahnya. Tangan Alfan melepas cekalannya pada backpack Ayana, membuat gadis itu ikut berdiri di samping Alfan.
Bola mata Ayana berotasi saat melihat Sella yang berdiri di depan Alfan dengan wajah datarnya. "Aku nunggu kamu hampir satu jam loh Alfan," ujar gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Y A N A (Revisi)
Teen Fiction[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA] ~ Bukan tanpa alasan orang tua dari Ayana Xaviera Anastasya ingin sekali menjodohkannya dengan anak dari sahabat mereka yaitu, Alfan cam Fraklin. Orang tua Ayana menganggap, jika Ayana bertunangan mungkin gadis itu akan ad...