69. Usai (End)

338 18 2
                                    

Gak kerasa yah, ini jadi part terakhir.

Semoga sesuai sama akhir yang kalian ingin kan❤

Happy Reading

Hanya suara dari monitor detak jantung yang mengisi keheningan ruangan ICU tempat Ayana berbaring. Dan semua masih belum bisa bernafas lega sebelum melihat Ayana sadar, meskipun dokter sudah memberi tahu Ayana pasti akan bangun. Namun tetap saja, kemungkinannya hanya  sekian persen.

Luka yang dia terima cukup serius. Belum lagi jarak tempuh ke rumah sakit cukup jauh. Ayana kehilangan banyak darah, dan juga rumah sakit sempat kekurangan stok darah untuk transfusi. Namun akhirnya transfusi bisa dilakukan setelah ada anggota Alpha yang berbaik hati mau mendonorkan darahnya.

"Ini bukan salah kamu Alfan. Jangan nyalahin diri sendiri terus." Fira mengusap lengan anak laki-laki nya. Mencoba memberi sedikit kekuatan meskipun dia tahu, semuanya masih belum baik-baik saja.

Kabar kembalinya Alfan sudah pasti menjadi berita baik untuk keluarga Franklin. Tapi, berita setelahnya tentu saja berhasil membuat mereka terpukul. Apa yang menimpa Ayana sudah jelas sangat membuat Fira shock. Dia sudah seperti putrinya.

Alfan bangkit dari duduknya dan mengintip ke dalam ruangan melalui kaca kecil dari pintu ruang ICU. Juga Rangga yang melakukan hal yang sama.

"Seharusnya gue yang ada disana. Harusnya gue yang ada di ruangan operasi dua jam yang lalu."

Rangga menundukan kepalanya guna menutupi air matanya. Lalu dia mendongak dan menepuk bahu Alfan sekali. "Udah berlalu juga, Fan. Jangan ngomong sesuatu yang gak mungkin."

Rangga melihat wajah lelah dari adiknya. "Ca, pulang gih. Ajak Papa juga, kasian dia belum istirahat."

Bukan hanya Caca, dia juga menyuruh Fira dan Daniel untuk pulang. Ini sudah terlalu larut, mereka harus istirahat. Tapi tetap saja, mereka memilih duduk dikursi besi menunggu berharap Ayana segera sadar.

Lama hanya berdiam didepan pintu, entah mengapa Alfan sekarang sudah membuka pintu dan masuk menghampiri Deril yang sedang duduk sedangkan tangannya masih menggenggam tangan Ayana yang hangat.

"Kamu tidak pulang Alfan?" tanya Deril dengan suara yang sedikit parau. Yang ditanggapi gelengan oleh Alfan. "Udah babak belur juga masih aja ngeyel, istirahat sana."

Sudut bibir Alfan sedikit terangkat saat mendengar omelan Deril. Mungkin jika Ayana bangun dia juga pasti mengomel persis seperti Papanya.

"Gimana bisa Alfan istirahat kalo Ayana aja belum bangun. Om, juga gitu, kan?"

"Saya sempat ragu dengan keputusan Arin untuk menjodohkan kalian. Tapi, sekarang saya tahu kenapa istri saya memilih kamu untuk Ayana."

Wajah Alfan berubah sendu setelah mendengar perkataan Deril. Nyatanya Alfan selalu menyakiti Ayana. Tidak pernah sekalipun cowok itu memberikan rasa aman untuk Ayana seperti apa yang kedua orang tuanya harapkan, atau seperti apa yang selalu dia janjikan. Alfan merasa sangat buruk. Dan setelah kejadian ini semakin membuat Alfan merasa bersalah. Ayana melindunginya, Ayana menjadi perisai untuknya.

Tiba-tiba monitor menunjukan perubahan signifikan pada jantung Ayana. Dengan cepat Deril menekan tombol emergency untuk memanggil tenaga medis.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang