53. Harus kehilangan

181 13 2
                                    

Karena nyatanya, semua manusia tidak siap akan kehilangan.

~A Y A N A~


"Cie dapet mobil lagi,"

Untuk kesekian kalinya Ayana mendengar ledekan yang entah sudah berapa kali cowok itu lontarkan. "Berisik njir, sana pergi. Ngapain di kamar cewek, pamali!" Ayana melempar salah satu boneka babinya.

Alfan meninggalkan kamar Ayana sambil tertawa. Seru sekali menggoda Ayana dengan hadiah ulang tahun yang cewek itu dapatkan, apalagi kalau harus mengingat bagaimana tadi ekpresi Ayana saat menerima kembali mobil kesayangannya yang sempat di sita.

Mobil Audi TT Coupe itu kembali terparkir di garasi rumahnya saat sebelumnya selalu terpajang sampai berdebu di dalam garasi rumah orang tuanya.

"AYANA CEPET!"

Dengan gerakan cepat Ayana meraih slingbag diatas kasur lalu segera turun ke bawah saat sudah mendengar teriakan kanjeng Mami. "Sabar Ma, ini Ayana udah siap nih,"

"Lama banget sih," Arin mendengus karena harus menunggu Ayana bersiap selama dua jam.

"Kan mau shoping harus cantik dong, siapa tau di jalan ketemu cogan, ehe."

Tak

"Istigfar, udah punya Alfan juga masih aja gatel," Arin menjitak Ayana.

Tiba-tiba Caca muncul. "Kalau bisa banyak kenapa harus satu," Caca menaik turunkan alisnya dan bertos dengan Ayana.

"Mantep, ini baru adek gue,"

"Ayok cepet udah sore nih. Ca, yakin gak mau ikut?" tanya Arin memastikan karena Caca menolak ajakannya.

"Gak ah males. Aku mau belajar main gitar sama Alfan. Ayana gue pinjem dulu cowok lo,"

"Pinjem, emangnya barang!"

Caca tertawa lalu menyusul Alfan dan Rangga yang ke halaman belakangan. Sebenarnya Caca hanya mencari alasan untuk tidak ikut. Dia hanya ingin memberikan waktu berdua untuk Ayana dan Mamanya, hubungan keduanya yang sempat renggang beberapa tahun terakhir dan semakin memanas beberapa bulan terakhir membuat Caca berfikir untuk mendekatkan keduanya kembali. Caca sudah sangat sering menghabiskan waktu berdua dengan ibu angkatnya itu, sekarang giliran Ayana.

****

"Udah kali Ma, pulang aja yuk,"

"Liat nih lucu banget kan?" Arin menunjukan tas tangan kehadapan Ayana dan tidak dihiraukan olehnya. Kaki Ayana sudah pegal karena terus mengelilingi mall yang sangat luas.

"Mama kaki aku pegel, Ma." Rengek Ayana dengan bibir maju.

Akhirnya Arin mengalah, keduanya memutuskan untuk pulang. Tapi belum juga masuk kedalam mobil, penglihatan Arin menangkap sebuah cafe didepan mall yang menurutnya sangat instagramable.

"Ayok kesana!"

"Astagfirullah!" dengan pasrah Ayana mengikuti Arin yang menyeretnya dengan paksa. "Tunggu sampe lampu penyebrangannya ijo kali Ma, sabar." Peringat Ayana saat Arin akan menerobos jalanan padahal banyak kendaraan yang berlalu lalang.

"Kak, mau beli bunga?"

Ayana menoleh saat ada seorang anak kecil yang menarik ujung kemeja yang dia kenakan. "Berapa dek?" tanya Ayana sambil membungkukan badannya mensejajarkan dengan anak kecil tadi.

A Y A N A (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang