[ANVALLER 08]

4.5K 289 4
                                    

–VALDERZONE–

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

VALDERZONE


Fikar mempercepat langkahnya menuju gerombolan inti anvaller di parkiran motor, cowok itu berhenti di samping motor alex, dengan mata menatap punggung arista yang sudah menjauh.

"kenapa dia?" tanya fikar pada teman-temannya.

Alex mengangkat bahunya sekilas. "Tau tuh, tiba-tiba aja pergi setelah liat Lo jalan kesini," sahut alex seraya memakai jaket anvallernya.

Raffa memicing menatap gerbang sekolahnya. "Kayaknya dia punya masalah tersendiri deh Sama Lo, kar?" Raffa menebak.

"Nggak ada. Gue nggak merasa bermasalah sama dia," ujar Fikar masih menatap jalanan yang Arista lewati. Apa karena paksaan yang fikar lakukan, sehingga gadis itu menaruh rasa benci pada dirinya.

Ah, masa bodo. Itu hukumannya agar perempuan itu jera, dan tobat dengan sifat bandel yang membuat guru-guru bahkan dirinya geleng kepala.

"Apa Mungkin gara-gara dia tadi berantem sama Viera, terus dia kesal juga Sama Fikar, biasa 'kan cewek. Kesel sama satu orang yang kena semua orang," kata marchel sangat paham dengan sifat perempuan yang susah di tebak.

"Eh iya, ngomong-ngomong soal viera, gue baru liat ini ada cewek sebrani itu sama dia, bahkan sama kita yang notabennya anak anvaller, yang hampir di takutin murid disini maupun luar sekolah." Alex membuka kaca helmnya.

"Dia bisa selempeng itu ngomong jutek sama kita, gue akuin sih, dia keren, " puji alex dengan mengangguk kecil.

Fikar menepuk Pundak alex dari samping. "Nggak semua orang itu takut sama kita, Nggak usah besar kepala. Mungkin aja dia memang nggak punya takut, orang dia aja terkenal bandel di sekolah, nggak ada bedanya sama kita," timpal fikar yang masih berfikiran posotif.

Namun dalam pikiran kecilnya, fikar sangat penasaran dengan arista. Gadis yang sering membuatnya marah sekaligus penasaran di saat bersamaan. Sifat juteknya juga membuat fikar tertantang akan nyali untuk mengenal lebih dalam perempuan tersebut.

"iya sih, gue sering liat dia di hukum di lapangan. Kadang-kadang gue juga barengan di hukum sama dia, dan gue liat-liat dia anaknya cuek, nggak terlalu peduli apa yang ada," sanggah raffa mengingat beberapa moment kala dia bertemu arista.

"dari sekian cewe keras yang gue temuin, Cuma dia yang auranya keliatan," sahut marchel.

"kayak lo dukun aja, pake aura-aura segala. Emang lo bisa liat gitu dari mananya, hm?" tanya alex

"ya, kek...kek---"

"kek, kek, kek...apaan lo?!" sengal alex sewot.

"udah, nggak usah pada ribut, mending cabut sekarang." fikar berjalan ke motornya, di ikuti anggota inti lainnya untuk keluar ranah sekolah.

Anvaller [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang