[ANVALLER 40]

3.3K 225 12
                                    

Play now🎶
Tentang rindu - Virzha

"Kenapa harus di belakang, Kalau kita bisa jalan berdampingan?"
-fikar Erlangga-

🐺🐺🐺

Lapangan sekolah sudah di penuhi murid-murid yang siap melaksanakan upacara bendera, mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas.

dan baiknya kali ini, Arista datang tepat waktu bahkan lebih pagi, selain di paksa oleh Fikar, ia juga harus mengerjakan tugas dua Minggu yang lalu, yang sama sekali belum ia kerjakan satu soal pun.

Ia berdiri di barisan paling belakang karena ia tinggi dan ingin meneduh di bawah pohon, dari belakang pun ia bisa melihat Fikar di pinggir lapangan yang memantau jalannya kegiatan upacara.

Cowok itu memang center dari segala murid di sekolah ini, dimana pun dia berada, Arista tau yang mana Fikar kekasihnya.

"Arista. Lo bener jadian sama kak Fikar?" Tanya Desta di depannya, berbisik.

"Iya, kenapa emngnya?"

"Kok kak Fikar mau? Maksudnya kok bisa?" Ujar Desta tetap tidak percaya.

Arista mengernyit, pertanyaann apa itu? Sungguh merendahkan.

"Bisalah, orang pelet gue kuat." celetuk Arista santai tanpa menatap Desta.

"Lo-hmppft"

Olivia menutup mulut Desta dari samping, Hampir saja desta berteriak di tengah lapangan yang masih ada kegiatan upacara pagi ini. Untung saja Olivia orang yang peka, dia selalu menempatkan dirinya di waktu yang tepat, dia selalu ada ketika ada keributan antara sahabatnya.

"Bisa liat situasi nggak?" Bisik olivia geram.

Desta mengangguk kuat, wajahnya memerah karena harus menahan nafas. Ia melirik ke Olivia untuk segera melepaskan tangannya dari mulut dan hidungnya agar ia tidak pingsan dan tambah merepotkan.

Olivia langsung melepasnya, dan mengahdapakan tubuhnya ke depan, kembali fokus pda jalannya upacara.

Sementara itu Arista hanya terkekeh melihat Desta yang tersiksa berdekatan dengan Olivia, memang sangat pas jika Desta dan Olivia di satukan.

"Lo juga sih ris, udah tau temen Lo otak nya setengah pake ngomong yang aneh-aneh." Tegur Alena di samping Arista.

"Dih, gue mah cuma jawab doang, dia aja yang otaknya belok." Jawab Arista terkekeh santai.

"Heh, kalau ngomong tuh di pikir dulu. Kalau gue pinter, kicep Lo pada." Sahut Desta memebenarkan rambutnya yang hitam lebat, se lebat hutan Amazon.

Mungkin gara-gara rambut panjangnya yang hampir selutut itu, menjadikan otak Desta sedikit lemot dan eror menangkap sesuatu.

"Iyain biar fast." Jawab alena, Arista dan Olivia bersamaan, tanpa mentaap Desta yang cemberut.

Akhirnya kegiatan upacara itu berjalan dengan lancar, satu persatu acara terselesaikan.

Murid-murid pun segera pergi dari lapangan yang panas dan meneduh ke dalam kelas, seraya menunggu bel masuk.

Kini Arista berjalan ke arah lorong loker, ingin mengambil baju olahraganya, untuk pelajaran berikutnya.

Ia membuka pintu lokernya, mengambil baju olahraga. Namun detik berikutnya tangan terhenti ketika otaknya mengingantakan pada kertas semalam yang jatuh dari luar jendelanya.

Kertas yang bertuliskan.

I'm waiting for your defeat.

Anvaller [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang