-VALDERZONE-
Kediaman erlangga—papa fikar— kini terlihat sedikit ada keributan, keributan yang sering terjadi antara anak dan orang tua.
Sudah menjadi hal biasa bagi Fikar mendengarkan ceramah dari papanya, tentang pergaulan dan akademiknya yang menurun. Ia juga di bandingkan dengan kakak laki-lakinya yang sudah kuliah di London.
Fikar berada di ruang tamu bersama kedua orang tuanya. Erlangga yang sedang memberitahu fikar dengan nada tinggi. Sedangkan putranya hanya diam memasang wajah datar.
"sekali saja kamu nggak bikin marah, papa bisa?!" Gertak erlangga keras. Fikar hanya diam seraya memainkan lidah di mulutnya.
Erlangga memukul meja di sampingnya, membuat adira—istrinya— menjenggit jaket karena sikapnya. "Fikar! dengerin papa ngomong!"
Fikar mendongak dengan tatapan dingin,, menatap erlangga yang sudah berdiri marah di hadapannya. "Apalagi, pa? semua yang papa omongin sama aja, pandangan papa ke fikar aja udah buruk."
Cowok itu berdiri menghadap papanya. "fikar tau kak daffin lebih baik dari fikar, tapi nggak semua yang di lakuin kakak harus fikar ikutin. Kita beda, pa."
"tapi setidaknya kamu ikuti jejak kakamu yang rajin, mana fikar erlangga yang ambisius ke olimpiade, mana fikar erlangga yang suka akan buku?" ujar erlangga mengungkit kegiatan fikar pada awal SMA.
"Fikar juga punya pilihan, Nggak semuanya harus papa atur." Fikar menarik buku-buku di sampingnya, dan menaruhnya dengan kasar ke atas meja. "itu bukan minat fikar."
"lalu apa minat kamu, apa pilihan kamu? Keluyuran? berantem? Itu?! Memangnya itu bisa buat kamu sukses?" Tanya Erlangga sarkas. Fikar mendengus kasar, dengan kepalan tangan menahan emosinya.
Sedangkan sedari tadi Adira cemas dengan perdebatan kedua orang itu, ia memilih untuk menenagkan suaminya dengan mengusap pundak Erlangga pelan, meredakan emosi pria itu.
"jawab! Apa yang bisa di banggakan?" tantang erlangga nadanya menurun.
Fikar menggertakkan gigi gerahamnya. hanya itu yang erlangga lihat, padahal ia sudah membantu beberapa kerjaan erlangga Dan hal apapun yang papanya minta. Tapi, itu bagai angin lalu oleh erlangga.
"Udah, ya. Ini udah malem, Waktunya istirahat," Lerai adira lembut. Wanita itu cemas, dua orang egois ini tidak akan pernah selesai jika terus-terusan di hadapakan.
Erlangga menatap fikar sengit begituppun sebaliknya. "Istirahat? Lihat, dia saja mau keluar," tunjuknya pada fikar yang tadi ingin izin keluar.
"dia masih ada urusan, pa. Biarakan saja, toh dia juga masih pulang," Bela mamanya memahami putranya.
"Kamu selalu saja, bela dia. Mau jadi apa anak ini kalau nggak di kasih paksaan lebih," Sambung erlangga menyalang.
Fikar menatap papanya serius. "Pa! Fikar udah punya plan buat cita-cita fikar sendiri, tapi papa nggak pernah mau tau itu dan selalu melarang."
"halah! Bantah Saja kamu bisanya!"
"Terserah papa." Fikar menarik jaket, topi dan kunci motronya, cowok itu melenggang keluar rumah, dengan penuh emosi. Ia menulikan pendengaraannya saat erlangga terus memanggil Namanya, namun putranya itu tetap berjalan keluar rumah, tidak peduli.
Jika terus-terusan ia berada di hadapan papanya, bisa-bisa emosinya tidak terkontrol. Dua orang yang ber-ego tinggi jika di satukan tidak akan ada namanya penyelesaian antara mereka.
Fikar melajukan motornya keluar rumah dengan perasaan sangat marah, ia tidak peduli apa yang akan terjadi nanti. Pikirannnya sudah buruk karena perdebatan dengan papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anvaller [END]
Teen Fiction[ Sebelum baca follow dulu ya] #1 wattpad (13/06/21) #2 basket ball (31/03/21) #1 Arista (16/02/21) #1 Fikar (23/01/21) Arista Kenzie alexis. Gadis ketus yang kerap melanggar peraturan di sekolahnya. arista jago bela diri, namun bakatnya itu ia sem...