[ANVALLER 35]

3.1K 202 19
                                    

HAI VAREDS!!


Playing now🎵Salshabilla - Cerita kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playing now🎵
Salshabilla - Cerita kita

🐺🐺🐺🐺

Rumah besar bertingkat dua kini ramai orang-orang mendatangi pesta ulang tahun Adira--mama Fikar.

Banyak undangan dari kantor Erlangga, seperti kerabat, sahabat dan keluarga terdekat mereka. Hingga pekarangan Rumah mereka full mobil atau kendaraan pribadi lainnya.

Fikar dan Arista baru saja sampai, mereka telah mengganti baju mereka di markas. Karena tidak ada kamar mandi umum di sekitar mereka. Baju yang mereka kenakan pun senada, berwarna navy soft dan sedikit aksesories di dada.

Fikar keluar dari mobil, mengitari bak depan ke arah pintu Arista, membukakan pintu mobil untuk gadisnya keluar.

Entah sudah terbiasa atau bagaimana, Arista yang diperlakukan seperti itu merasa biasa saja seolah-olah mereka sering melakukan hal romantis itu.

Setelah arista keluar mobil mereka bejalan berdampingan masuk ke rumah Fikar, dengan Fikar menggengam tangan Arista seperti kekasihnya. Bukan tanpa alasan Fikar hanya tidak ingin Arista menghilang di kerumunan tamu-tamu paruh baya.

Pandangan para tamu undangan kini mengarah ke pada dua orang yang baru memasuki pintu besar, tidak pernah mereka melihat putra dari Erlangga membawa perempuan ke pesta, Davin pun jarang, bahkan tidak pernah membawa kekasihnya ke acara undangan papanya.

Adira dari atas podium tersenyum lebar, melihat putra bungsunya membawa gadis di sampingnya, sudah lama ia menunggu putra-putranya memebawa perempuan kerumah meskipun itu hanya teman tapi seiring berjalannya waktu pasti hubungan itu bertambah.

Sedangkan Erlangga lagi menyambut para tamunya di tengag ruangan, ia langsung menoleh ketika kerabat kerjanya menyebut nama Fikar sambil menunjuk ke arah pintu.

Dahinya mengerut ia sepertinya pernah melihat perempuan yang bersma Fikar, tapi entah dimana. Apa hanya mirip saja.
Erlangga menggeleng kecil lalu menghampiri mereka, yang sedang menyambut para tamu yang menyapa mereka.

"Fikar" panggil Erlangga.

"Iya pa?" Fikar menggengam erat tangan Arista.

"Siapa dia?" Erlangga menunjuk Arista yang sedang tersenyum sopan.

Fikar melirik nya sebentar. "Dia Arista temen sekolah Fikar" jawab Fikar.

Erlangga berguamsm seraya mengangguk-angguk.

"Yasudah bawa ke mama kamu" tukas Erlangga lelu meninggalkan mereka berdua.

Satu alis fikar terangkat, apa itu benar papanya. Tidak ada marah?

Anvaller [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang