[ANVALLER 27]

3.3K 240 3
                                    

READER ANVALLER TETEP IKUTIN TERUS CERITA INI YA...

PART INI LUMAYAN PANJANG LO JADI JANGAN BOSEN YA🙂

MUNGKIN PART SELANJUTNYA BAKAL AKU PANJANGIN JUGA..

MUNGKIN PART SELANJUTNYA BAKAL AKU PANJANGIN JUGA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Playing now🎶
Aku suka dia - ainan tasneem

-VALDERZONE-

Fikar mengusap pipi Arista yang berlinang air mata. Senyum tipis mengembang di bibirnya.

"mulai sekarang, Kemanapun lo pergi Lo harus ngomong sama gue. Lo kelemah gue... Kalau nggak ada Lo, gue nggak tau harus pulang ke siapa. Jadi pliss nurut sama gue," ujar Fikar

"Dan mulai Hari ini, biarin gue jadi pengganti Aksa yang lebih baik, gue nggak akan ngeluarin janji-janji apapun, gue cuma mau buktiin lewat tindakan, so...izinin gue buat pengobat luka Lo" ungkap Fikar penuh penekanan.

Arista menelan lagi salivanya. Apa ia tidak salah dengar dengan ucapaan yang terlontar dari mulut Fikar. Apa Fikar mengungkapkan perasaannya?

Dia harus bagaimana, dia masih takut untuk menjalani fase itu lagi, ia tidak mau merasakan sesak seperti ini kesekian kali. Apalagi itu Fikar yang akhir-akhir ini menjadi teman bagi Arista.

Fikar mengetuk dahi Arista. "Hei.. kenapa diem?" Fikar mengusap pipi Arista lembut.

Arista menggeleng.
"Lo? nembak gue?" Tanya Arista ragu.

Alis Fikar terangkat satu dengan senyum jail.

"Pengen banget gue tembak?" Tanya Fikar menggoda Arista.

Dahi Arista mengerut ia mendorong tubuh Fikar agar menjauh darinya. Lalu membuang pandangan ke depan.

"Dih..ngambek?" Tanya fikar terkekeh.

"Bodo" jawab Arista kesal.

"Liat gue" Fikar menangkup dagu Arista dan di tepis kasar oleh Arista.

"Liat gue atau mau gue cium lagi?" Ujar Fikar membuat Arista menoleh dengan dahi mengerut tajam.

"Gue tau Lo kaget sama ucapan gue, tapi gue nggak akan maksa, gue tunggu sampai Lo siap Nerima gue" harap Fikar tenang.

Mulut Arista tertutup rapat, ia bingung harus menjawab apa. Ia juga takut jika harus kehilangan teman lagi.

"Udah. Nggak usah dipikirin, sekarang kita ke mall, tarus ke markas buat latihan." Ajak Fikar.

Ia ingin menghibur Arista, dan sekalian membelikan baju untuk Arista karena gadis itu tidak membawa baju ganti.

Fikar pun melajukan mobilnya ke arah mall yang mereka tuju, dengan arista yang masih terdiam. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.

°°°°°

Anvaller [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang