[ANVALLER 14]

4K 255 6
                                    

"Musuh tetaplah musuh..."

-VALDERZONE-

Fikar berbalik sembari menarik tangan Arista membawa gadis itu pergi dari gudang dan orang - orang sialan yang pernah ia kenal.

Ia menarik Arista melewati lorong, belum sampai dekat tangga kaki arista melemah, Yang membuatnya terjatuh ke ubin lorong.

"Arista!" Panggil Fikar berjongkok di depan Arista yang sudah pucat pasi.

"Gu-gue nggak kuat.." suara Arista melemah, kepalanya menunduk menahan sakit di badannya, sementara darah nya terus keluar hingga ubin pun tergenag darah merah pekat Arista.

Fikar menelisik Arista sepertinya arista sudah tidak kuat untuk berjalan. Akhirnya ia menarik tubuh Arista, melepas jas almamaternya dan menutupi tubuh Arista agar darahnya tidak kemana - mana. Lalu menggendongnya menuruni tangga lantai dua.

Saat ingin berberbelok ke koridor mereka berpapasan dengan anggota inti anvaller dan sahabat Arista.

"ARISTA!! YA AMPUN KAMU KENAPA?!" teriak Alena panik.

Arista sudah tidak sadarkan diri, mungkin ia sudah tidak kuat menahan rasa sakitnya.

"Dia kenapa?" Tanya Alex menelisik Arista yang menutup matanya.

"Nanti gue ceritain. Sekarang kalian naik, terus ke gudang bawa mereka yang ada di gudang ke BK" titah Fikar dengan nada sedikit parau.

"Terus kakak mau bawa Arista kemana?" Tanya olivia.

"Gue mau bawa di kerumah sakit sekarang" ucap Fikar.

"Naik apa? motor? Gue telfonin supir gue aja ya?!" Marchel menawarkan kendaraannya.

Fikar menggeleng " nggak usah! Kelamaan. Gue nik taksi di depan sekolah aja." Fikar menolak.

"Cepat sekarang kalian ke atas, gue kerumah sakit sekarang" titah Fikar lagi.

Mereka pun mengangguk lalu berlari ke atas lantai dua, sementara Fikar berlari ke arah gerbang untuk memebawa Arista ke rumah sakit.

Fikar keluar gerbang pandangannya menyapu di jalan raya, serta di bantu satpam mencari taksi yang operasi.

Detik berikutnya ia mem berhentikan taksi yang lewat. Lalu Masuk dengan memeluk Arista kuat, tepat pada lukanya agar darah tidak mengalir terlalu banyak.

Di sepanjang jalan Fikar berusaha membangunkan gadis itu namun Arista tetap setia memejamkan matanya.

10 menit perjalanan ke rumah sakit mereka pun sampai di depan UGD dan suster menyambut mereka dengan brankar untuk Arista.

Arista di bawa ke ruang ICU untuk di tangani, Fikar menunggunya dengan panik di depan pintu ICU. ia menggigit bibir bawahnya sembari berjalan mondar - mandir di depan ICU.

Ia bingung harus menghubungi siapa, tidak mungkin ia menghubungi orang tuanya untuk membantu Arista, sangat mustahil kalau orang tuanya peduli dengannya.

Fikar membuka ponselnya dan menghubungi teman - temannya untuk memberi informasi tentang Viera.

Fikar Erlangga :
Gimana??

Alex Lacha :
Dia udah kita bawa ke ruang BK
Gimana ke adaan Arista?

Fikar Erlangga :
Lagi ditangani sama dokter.

: Alex Lacha
Bagus deh, Nanti pulang sekolah kita kesana

Fikar Erlangga
Hmmm.

Anvaller [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang