Dan nyata-nya besok yang dikatakan ibunya adalah dua hari kemudian.
Dua hari kemudian yang terjadi hari ini, Sore ini.
Semalam dalam sambungan telepon ibunya berkata jika ayah-nya berubah seperti tak pernah terjadi apapun, Pria tua itu seperti sengaja melupakan apa yang baru saja terjadi.
Masih dari pengakuan ibunya, Selama dua hari ini ayahnya sama sekali tak membahas atau pun menyinggung soal dirinya dan pernikahan enam bulan-nya. Pria tua itu seperti terhipnotis oleh kehadiran putri kecilnya, Ayahnya sama sekali tak menunjukkan kemarahan atau pun kemurkaan lagi seperti malam dimana pria tua itu melampiaskan seluruh kecewanya pada Cho Kyuhyun.
Apakah ini suatu pertanda baik?
Apa akhirnya ayahnya bisa mengerti dan dapat menerima semua ini?
Ataukah ini hanya sebuah bom waktu?
Dimana ayahnya akan tetap pada keputusan awal menyuruhnya untuk berpisah dari pria menyebalkan itu, Begitukah?
"Berhenti menghela nafas seperti itu".
Hyun Jin tersentak dari lamun-nya bersamaan dengan erat tangan pria menyebalkan ini yang mengenggam sebelah tangannya.
Kyuhyun tersenyum, "Aku hanya butuh satu kekuatan untuk menghadapi semuanya termasuk ayahmu".
"Dan kekuatan itu...".
"Adalah istriku". Sambung Kyuhyun cepat, Ia melanjutkan dengan menarik nafas panjang, "Kau tahu? Jika ada di posisi ayahmu, Aku pasti sudah mencabik-cabik tubuh pria yang menikahi putriku dengan landasan hanya enam bulan".
"Jadi kau ingin ayahku mencabik-cabik tubuhmu?". Menyentuh perutnya dengan sebelah tangannya yang bebas, Hyun Jin menambahkan, "Dan membiarkan bayi kecilmu terlahir tanpa ayah?".
Kyuhyun tersenyum sekali lagi, "Aku mengerti bagaimana perasaan ayahmu, Aku juga seorang ayah dari gadis yang sebentar lagi berusia lima. Membayangkan ada pria yang mempermainkan putri yang kusayangi dan kucintai membuatku sudah sangat marah, Kurasa aku bisa memahami dengan baik kekecawaan macam apa yang ayahmu rasakan. Dia hanya terlalu menyayangimu, Sayang".
Hyun Jin memberenggut, "Tapi tidak dengan memukulimu seperti malam itu. Hatiku sakit sekali melihat tongkat panjang kesayangannya itu terus mengayun padamu sementara aku tak bisa melakukan apapun. Kau selalu ada dan siap untuk melakukan apapun demi memastikan keselamatanku tapi aku bahkan hanya bisa diam melihat tubuhmu dipukuli oleh ayahku. Maafkan aku, Oppa".
"Jangan berbicara seperti itu". Menggeleng pelan, Ia melanjutkan, "Sudah menjadi kewajibanku sebagai suamimu untuk memastikan kau selalu aman, Kau tak perlu berpikir untuk membalasnya sayang. Seperti yang kukatakan tadi, Aku hanya butuh satu kekuatan untuk menghadapi semuanya. Aku cukup benar-benar cukup, Selama kau ada disisiku".
"Hanya pria bodoh yang menjadikan wanitanya sebagai kekuatan". Seru ibunya.
Yang baru saja menyimpan dua gelas minuman berwarna keatas meja makan, Wanita yang masih memiliki kulit indah dalam usianya yang tak lagi mudah itu kemudian duduk di hadapannya sembari bersedekap.
"Tapi hanya pria yang memiliki hati yang tulus yang bisa merasakan sisi seperti itu". Ibunya mengangguk, Seolah menyetujui kalimatnya senditi, "Dan jujur saja aku sedikit tersanjung mendengarmu mengatakan putri yang kusayangi adalah sumber kekuatanmu. Aku selalu berdoa pada Tuhan untuk putriku, Aku mau Tuhan memberi putriku seorang pria yang bahkan rela memberi nyawanya sendiri untuk memastikan putriku selalu aman. Hmmm aku tahu dan sadar ini terdengar egois tapi tak ada seorang pun ibu yang menginginkan anaknya hidup dalam penderitaan. Mendengarmu berkata putriku adalah kekuatanmu seperti mendengar Tuhan-ku mengabulkan semua doa-doa malamku".
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Honeymoon, End.
Romance"Istrimu? Aku?". "Hmm, Istriku. Kau". Kau tak bisa mengatakan tak siap jika cinta datang untuk memasuki hatimu. Siapapun berhak merasakan dan mendapatkan cinta, Hanya ada satu yang tak boleh kau langgar yaitu mencintai seseorang yang sudah menjadi m...