Sudah satu minggu lebih dua hari tapi belum ada perubahan yang terlalu pada kondisi Cho Kyuhyun.
Pria menyebalkan itu masih menutup kedua matanya.
Seolah enggan untuk kembali menatap dunia yang memuakkan.
Seolah enggan untuk kembali memberi Hyun Jin istrinya ketenangan dan kenyamanan.
Seolah enggan untuk berdiri kembali dan mengatakan semuanya baik-baik saja.
Seolah..
Seolah...
Hahhh.
Apakah ini sebuah hukuman?
Mengapa, Mengapa sebuah penyesalan harus selalu datang di akhir. Mengapa?
.
.
Pukul dua siang.
Hyun Jin berdiri di depan jendela besar kamar rawat inap suami menyebalkannya dengan wajah yang masih masam.
Dengan wajah yang masih penuh dengan penyesalan sembari memeluk perutnya yang perlahan mulai kentara.
Sekali saja, Sekali saja ia ingin mendengar suara pria menyebalkan itu.
Yang selalu menyapanya dengan penuh sayang.
Yang selalu memeluknya dengan penuh tulus.
Yang selalu menatapnya dengan penuh cinta.
Dan yang selalu menjaga juga melindunginya dengan penuh sadar-nya.
Sekali saja.
Ia ingin melihat senyum pria menyebalkan itu yang mengembang hanya untuknya.
Sudah satu minggu berlalu tapi kondisinya belum juga banyak kemajuan.
Dokter berkata jika dua luka tembak dan luka di perut pria menyebalkan itu perlahan mulai membaik, Walau pun di awal luka-luka itu sungguh sulit untuk dipulihkan tapi perlahan luka itu mulai menunjukkan perubahan kearah yang lebih baik.
Dari sepuluh bagian transfusi darah yang dibutuhkan, Pria menyebalkan itu sudah mendapatkan delapan.
Tersisa dua lagi.
Dokter kepala yang menangani pria menyebalkan itu mengatakan jika semuanya akan baik-baik saja.
Tidak, Harusnya sudah baik-baik saja.
Masalahnya hanya satu, Menunggu pria menyebalkan itu tersadar tapi hingga detik ini, Hingga siang ini pria menyebalkan itu masih belum mau membuka kedua matanya.
Seolah ia sangat menikmati tidur panjangnya.
Meninggalkan dirinya yang tak bisa tak menangis di setiap malam karena kerinduan bercampur rasa bersalah yang semakin mengental.
"Kau tak mendengarku bicara sejak tadi?".
Hyun Jin tersentak oleh sentuhan Ahra di tangan kirinya.
Wanita itu tersenyum menatapnya dengan sangat cantik.
"Ada rekan kerjaku yang ingin kutemui di rumah sakit ini untuk itu aku sekalian membawakanmu makanan-makanan itu, Aku tahu jika kau sangat suka memakannya". Lanjut Ahra, "Makanlah, Hmm?".
"Kenapa kau masih bisa bersikap baik dan tersenyum padaku seperti ini unnie?".
Ahra menaikkan satu alisnya lalu melirik ke belakang pada adiknya yang masih terbaring dengan kedua mata yang tertutup.
"Aku ingin bertanya kembali, Kenapa aku harus tidak bersikap baik padamu? Aku tersenyum padamu karena aku ingin, Apa sudah kukatakan jika aku sangat menyukai tipe wajahmu? Kau cantik, Benar-benar sialan sangat cantik dan saat menatapmu entah mengapa yang kuinginkan hanya memberimu senyuman. Apa itu salah?".
![](https://img.wattpad.com/cover/233905410-288-k290719.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Honeymoon, End.
Romance"Istrimu? Aku?". "Hmm, Istriku. Kau". Kau tak bisa mengatakan tak siap jika cinta datang untuk memasuki hatimu. Siapapun berhak merasakan dan mendapatkan cinta, Hanya ada satu yang tak boleh kau langgar yaitu mencintai seseorang yang sudah menjadi m...