yuk vote dulu yuk sebelum baca!
udah? Ok, tquu yg udah vote!
Happy Reading!
.
Jarum jam detik terus berputar yang di selimuti kekhawatiran dari ketiga pria yang saat ini berada di ruang tunggu operasi. Sudah dua jam mereka menunggu operasi Adriana selesai.
Ketiganya diam membisu, mereka terus bergulat dengan pikiran dan hatinya masing-masing. Albert terlihat sangat frustasi, dia tidak ingin menyesal karena perlakuannya di masalalu kepada Adriana.
30 menit berlalu..
Pintu ruang operasi terbuka lebar, dua suster berjalan terburu buru. Albert, Arkan dan Adya refleks berdiri dan menghampiri pintu ruangan tersebut.
"Itu kenapa suster kaya buru buru gitu?" Ujar Arkan dengan raut wajah paniknya.
Adya menepuk bahu Arkan. "Tenang Kan," ucapnya.
Dokter Resta keluar dengan membuka sarung tangannya. "Dok gimana?" Tanya Albert.
"Allhamdulilah, operasi berjalan dengan lancar. Bu Mega dan Adriana masih berada di alam bawah sadarnya, jadi kita tunggu saja dan terus berdoa buat kesembuhan keduanya." Dokter Resta menarik nafasnya, "sudah saya katakan sebelumnya bahwa pendonor lebih beresiko dan saya harap kalian bisa menjaga pola kehidupan Bu Mega."
"Baik dok, terimakasih." Ucap Albert.
"Bu Mega berpesan dia tidak ingin berada satu ruangan dengan Adriana." Kata Dokter Resta, menyampaikan pesan dari Mega sebelum operasi.
"Lakukan saja dok."
"Baik, saya permisi.." Pamitnya.
"Maaf pak, boleh ikut saya untuk menyelesaikan administrasinya?" Ucap Suster.
"Ah yaa, tentu. Saya kesana dulu sebentar." Ucapnya pamit pada Arkan dan Adya.
Arkan dan Adya hanya mengangguk, "lu mau balik apa mau nginep disini?" Tanya Arkan pada Adya.
Adya melirik, "gua disini dulu boleh?"
Arkan terkekeh, "boleh lah, lu kudu siap siaga jagain calon pacar lu!"
Adya menggelengkan kepalanya, "ngaco!"
"Iyee gua tau lu nolep kan di rumah, jadi lebih baik lu stay disini jagain ade gua." Katanya. Adya hanya mengedikkan bahunya acuh dan berjalan mendekati kursi penunggu.
****
Mesin EKG menjadi satu satunya suara di ruangan VIP ini, ruang rawat Adriana. Adya yang saat ini menjaga Adriana hanya bisa duduk dan melihat perkembangannya.
Sudut bibir Adya menarik ke atas, mengingat perkataan dari saudara Arkan.
"Lu kudu siap siaga jagain calon pacar lu!"
Tiba-tiba kedua alisnya bertautan, "apa iya gua udah mulai suka nih cewek?" ucapnya membatin. Kepalanya menggeleng, berusaha membuang pikiran itu jauh jauh. "Kagak mungkin gua suka sama cewek barbar judes kek nih anak, gua kagak yakin kalo dia bener cewek." Celetuknya.
"Terus lu pikir dia jenis kelamin bongkar pasang gitu?"
Adya menoleh ke samping, Arkan berjalan mendekat dengan tangan berkacak pinggang. "Bisa bisanya lu berkata begitu," sahut Adya jengah.
Arkan terkekeh, "lagian lo aneh, jelas dia cewek lah pake kagak yakin segala kalo dia bukan cewek." Jawabnya sembari menyenderkan tubuhnya di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Teen Fiction[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...