.
"Adriana!!"
Teriakkan orang-orang di sekitarnya seketika tidak lagi terdengar. Tubuh Adriana ambruk ke tanah. Orang-orang di sekililingnya dibuat terkejut bukan main. Tidak hanya terkejut karena Adriana jatuh pingsan. Tetapi pria di hadapannya yang tidak bergerak sama sekali. Dia hanya menatap, lalu kembali ke motornya meninggalkan Adriana tanpa rasa kemanusiaan.
Dalia, Clarissa, Agatha dan Mela segera berlari menghampiri Adriana. "Ri hey!" Panggil Agatha.
"Rii!! Tha ini gimana!" Tanya Dalia panik.
"Adya! Lo kok diem aja sih?" Tanya Clarissa. Adya menunjuk dirinya sendiri, "gue? Terus ngapain?" Perkataan yang konyol.
"Anjing lo Adya!" Kini Agatha yang mengumpat, wanita itu menghampiri Adya.
"Gue tau kalo lo udah gak ada hubungan sama Adriana! Tapi punya gak lo rasa empati dan rasa kemanusiaan lo disana?!" Agatha emosi, dia memarahi Adya.
Danish, Gio, Akbar, Rifki dan Relda melebarkan matanya saat mendengar penuturan Agatha. Bukan cuma mereka, ketiga sahabatnya ikut terkejut. Bahkan semua siswa-siswi Angkasa pun sama halnya.
"Terus?" Agatha benar-benar dibuat emosi oleh si pria ini.
Bughh!! Lagi, teriakkan semua orang memenuhi parkiran SMA Angkasa di pagi hari ini.
Pukulan tiba-tiba melayang mengenai wajah tampan Adya. "Buat lo yang udah brengsek!! Mati aja lo, hidup lo gak guna!" Sarkas Agatha, setelah mengatakan itu dia melangkah kembali mendekati Adriana.
Namun tangan wanita itu di cekal oleh tangan kekar milik Adya. Satu tangannya memegang sudut bibir yang membiru akibat pukulan yang Agatha layangkan secara mentah-mentah.
Agatha membalik, melepas cekalan Adya "Gak salah lo ngomong gitu sama gue?" Nafas Agatha memburu, dia menatap sinis pria di hadapannya.
"Harusnya omongan lo lebih pantes buat temen lo disana. Dia lebih pantes, ketimbang gue!" Ujar Adya, tangannya menunjuk pada wanita yang sedang tergeletak di bawah tumpuan paha Mela.
Perkataan Adya barusan dilontarkan untuk Adriana. Akbar berlari dari motor, berniat akan membantu Adriana. Langkahnya terhenti saat suara Adya mengintruksinya.
"Lo bantu tuh cewek, lo keluar dari Phoenix!"
Deg! Akbar langsung berhenti, diam tak bergeming. "Jangan ada yang berani buat bantu tuh cewek!" Jari telunjuk Adya memutari semua orang disana. Orang-orang yang ingin membantu Adriana mengurungkan niatnya karena takut mendengar penuturan Adya.
"Are you kidding, men?!!" Ucap Clarissa, dia berdiri menghadap Adya.
Adya mengedikkan bahunya acuh. "Gelo sia Adya!!" Umpat Dalia berteriak.
"Dy, lo gila? Adriana pingsan itu." Gio mendekati Adya.
Adya menganggukkan kepalanya, "gue tau." Jawabnya datar.
"Terus lo nyuruh kita, mereka semua jangan nolongin dia, lo sendiri gak nolongin?" Adya menggeleng, "god! Rasa kemanusiaan lo kemana! Bukan manusia lo Dy!" Sarkas Gio marah.
"Adriana!" Teriak seseorang dari atas, tepatnya di lantai 2 kelas IIX-MIPA 1.
Arsya segera berlari, menuruni anak tangga dengan cepat. Tak sampai 2 menit Arsya sampai di parkiran Angkasa.
"Sya! Bantuin kita!" Pinta Mela. Arsya mengangguk, kemudian menggendong tubuh Adriana.
"Oh, ada pahlawan kesiangan ceritanya nih!" Adya menyunggingkan senyumannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Teen Fiction[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...