.
Mobil BMW Adya terparkir di depan sebuah Kafe. Dia membuka seatbelt nya, dan keluar dari mobil. Kakinya melangkah dengan percaya diri masuk ke dalam Kafe tersebut. Matanya langsung tertuju kepada dua orang di pojok sana yang terlihat sedang berbicara serius.
Adya melirik ke samping, menarik kursi dan mendudukinya. Dia membenarkan topi, dan langsung memakai masker yang tadi dia siapkan.
Matanya terus memicing, kerutan di dahinya terlihat. Dia berdiri dari duduknya dan langsung mencegah tangan seseorang.
****
Suara lonceng berbunyi menandakan pembeli masuk ke dalam Kafe Domino. Alunan musik jazz menggema di ruangan ini, aroma khas masakan Kafe tersebut sangat menyeruak di hidung.
Arkan.
Laki-laki itu sangat terkejut mendengar penuturan dari sahabatnya.
"Dia nyokap tiri gue." Ucap Adriana, dengan sedikit sentakan.
Kunyahan di mulutnya berhenti, mengunyah dengan slowmotion. Tenggorokannya terasa mengganjal, napasnya pun tercekat susah untuk berkata. Tangannya mengambil gelas minum yang berada di dekatnya. Setelah meneguk air putih itu, dia bertanya dan masih tidak percaya.
"Mm maksud lo nyokap tiri lo juga psikolog?" Tanya Arkan hati-hati.
Adriana menatap Arkan cukup lama. Selama beberapa detik keduanya diam.
"Megantara Lalino, dia nyokap tiri gue."
Tubuh Arkan saat itu juga memanas, kakinya terasa dingin. "Lo bercanda?"
Adriana tertawa hambar, "ngapain gue bercanda. Nyokap lo Megantara Lalino 'kan?" Arkan mengangguk.
"Yaudah, siapa lagi yang namanya kaya gitu. Kalo sama pun gak persis." Ucap Adriana, auranya terasa beda, mencekam karena tatapan mata nya terpancar seperti tahun tahun ke belakang.
Arkan masih bungkam, otaknya bekerja lebih keras dari biasanya.
"Kenapa gak ngomong? Lo udah tau 'kan kalo nyokap lo nikah sama bokap gue?" Arkan menggeleng cepat.
"Sumpah, gue juga gak tau Ri. Bahkan lo tau sendiri 'kan selama gue ke Bandung nyari nyokap gue?" Kata Arkan.
"Tapi kenapa, Kan? Kenapa harus lo?" Ucap Adriana gemetar.
Arkan juga bingung sendiri, dia benar-benar tidak tahu masalah ini. Hubungan dengan Mega pun tidak sedekat dulu sebelum Mega menikah lagi.
"Ri, kalo pun bisa milih dan request sama tuhan. Gue gak mau ini terjadi." Ucap Arkan, dia mencoba meraih tangan Adriana.
Adriana selalu menepisnya, "mau baik-baik, enggak baik, gue tetep gak bisa nerima Kan. Lo tau sendiri, perjuangan gue selama ini. Lo tau apa yang paling gue benci, please kasih gue waktu." Adriana mulai terisak.
Biasanya Arkan selalu siap untuk menjadi benteng Adriana. Memeluknya disaat wanita itu terpuruk dan bersedih. Nyatanya, sekarang dia pun masuk ke dalam kenyataan pahit ini. Bukan hanya Adriana yang merasa sakit, dirinya pun sama. Tetapi jika ini sudah di gariskan oleh takdir. Dia bisa apa? Tidak bisa merubah takdir yang sudah ditentukan oleh tuhan.
Arkan bangkit, dan berpindah duduk di sebelah Adriana. "Jangan deketin gue." Tegas Adriana.
"Ri, gue harus apa? Gue terima kalo lo gak bisa nerima gue sebagai saudara tiri lo. Tapi gue mohon, lo jangan pernah sakitin nyokap gue. Jangan buat hatinya sedih, gue mohon sama lo Ri." Ucap Arkan terus memohon.
![](https://img.wattpad.com/cover/230774521-288-k953281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Novela Juvenil[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...