.
Albert dan Mega berjalan gontai dengan tergesa gesa di lorong rumah sakit. Perasaan Mega saat ini campur aduk, dia sangat khawatir pada kondisi anak tirinya.
"Itu Mami lo bukan sih Kan?" Ucap Zey menunjuk dua orang yang berjalan ke arahnya.
Arkan menoleh, kemudian berdiri. "Mami.." Sebutnya.
"Arkan!"
Mega langsung berhambur memeluk sang anak. Rasa rindu dan rasa sedihnya menyatu secara bersamaan.
Arkan mengelus punggung Mega. "Mami tenang ya.." Kata Arkan menenangkan.
Adya, Zey dan Sabila ikut berdiri mereka menyaksikan acara pelukan tersebut.
Mega melepaskan pelukannya, dia berkata. "Dia anak aku Mas, Arkan." Ucapnya mengenalkan Arkan.
Albert menyatukan alisnya, "kamu Arkan sahabat Adriana?" Tanya Albert, dia tau karena sedari dulu Arkan sering bermain dengan Adriana.
Arkan mengangguk, "iya Om." Jawabnya.
Albert tersenyum, kemudian manggut-manggut. "Panggil dia Papa Arkan." Tegur Mega. Arkan melirik, menatap bingung.
"I iya Mi." Jawabnya kaku, dia sendiri masih merasa asing berbicara Papa kepada Albert sama halnya dengan Adriana pada Mega.
Albert menatap ketiga orang di depannya. "Maaf Om, Tante, Arkan. Kita berdua pamit pulang dulu." Ucap Zey.
"Makasih Zey udah nyempetin waktu lo kesini, makasih juga Bil." Ucap Arkan.
Zey dan Bila tersenyum. "Sama-sama." Jawab keduanya.
Sabila merapatkan tubuhnya dulu pada Adya, dia berjinjit sedikit mendekatkan mulutnya ke telinga Adya dan berbisik. "Sayang, aku pulang dulu ya..nanti kita ketemu lagi." Ucapnya berbisik terdengar sangat menggelikan, bulu kuduk Adya sampai berdiri.
Zey yang mengerti arti dari tatapan Adya, dia langsung membawa Sabila pergi menjauh. "Mari Om Tante." Pamit Zey.
Albert tersenyum mengangguk, "iya, hati-hati ya.." Ucap Mega.
"Saya seperti tidak asing melihat wajah kamu." Kata Albert pada Adya.
Adya tersenyum ramah, "mungkin kita pernah ketemu di lift Om di kantor Papa." Jawab Adya sopan.
Albert sedikit terkejut, "Nendra?"
Adya mengangguk, "benar Om." Albert mendekati Adya, menepuk bahu laki-laki itu pelan. "Kamu putra Nendra? Pantas saja, mukamu sangat mengcopy Nendra." Adya hanya tersenyum menanggapi.
"Kamu pacar Adriana?" Tanya Mega, Adya mendongak, "iya Mi, calon pacar Riri." Bukan Adya yang menjawab, melainkan Arkan. Adya menatap sebal Arkan.
Pintu ruangan Adriana terbuka, Dokter dan dua suster berjalan mendekat ke arah mereka.
"Permisi, apa orang tua pasien sudah sampai?" Tanya Dokter.
"Kami orang tua pasien." Kata Albert.
Dokter mengangguk, "mari ikut saya ke ruangan." Albert dan Mega mengangguk, kemudian mengikuti Dokter.
Arkan mendekat ke arah jendela kaca. "Ri, kapan lo bangun?" Ucapnya. "Papa sama Mami ada disini buat lo. Gak tau kenapa perasaan gue terhadap Om Albert jadi beda Ri, apa gue mulai menerima bokap lo buat jadi pengganti bokap gue? Kalo iya, lo bakal nerima Mami sama gue dengan tulus apa enggak?" Lirihnya.
"Jadi, lo sama Adriana saudara tiri?" Tanya Adya yang entah kapan berada di samping Arkan.
Arkan mengiyakan, "gue dulu sahabatan sama Riri sampe sekarang. Mungkin cuma gue sama nyokap gue yang tau sifat asli Riri. Orang lain gak pernah tau apa yang dialami Adriana." Kata Arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Teen Fiction[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...