58 - Disappointed.

1.5K 97 12
                                        

.

Tepat tengah malam, Adya bersiap akan keluar dari Markas. Dia ingin pergi ke tempat dimana ia merasa lebih tenang. Tidak sampai pintu basement, Agam turun dan menghadangnya.

"Lo mau kemana?" Adya membuka kaca helmnya. "Gue keluar sebentar."

"Ya kemana?" Tanya Agam lagi. Adya berdecak, membuka helm fullfacenya dan menatap Agam malas.

"Gak usah kepo deh Gam!" Raut wajahnya begitu malas.

"Lo gak bisa gini terus, ambil keputusan sebelum anak-anak tau sendiri."

Adya mengusap wajahnya gusar, helaan nafas terdengar lelah. "Gak sekarang, Gam. Gue capek!"

Agam menghela nafas panjang, dia menatap Adya penuh intens. "Gue udah bilang dari awal, jangan terlalu deket sama tuh cewek!" Agam menekankan perkataannya.

"Lo gak pernah dengerin apa kata gue! Selalu dengan asumsi yang menurut lo bener!"

Sudut bibir Adya tertarik, kekehan kecil keluar dari mulutnya. Adya menepuk bahu pria di sampingnya. "Gam! Gue selalu dengerin apa kata lo. Ini soal hati Gam!" Jarinya menunjuk ke dadanya sendiri.

Jarinya beralih menunjuk Agam, "lo gak bakal ngerti gimana sulitnya posisi gue sekarang!" Kata Adya, dia mencoba sabar agar tidak berbicara dengan amarah.

"Karena yang menyulitkan diri lo sendiri Dy!"

"Akhirin ini semua. Percaya gak percaya ya emang ini kenyataannya!"

"Kenyataan kalo cewek yang lo sayang, cewek yang lo cintai dalang dari pembunuhan anggota lo sendiri!!" Agam meninggikan suaranya.

Sedari tadi, tangan Adya mengepal kuat saat Agam berbicara. "Udah?" Ucapnya. Agam diam, mengamati wajah Adya.

"Gue cabut!!" Adya pergi begitu saja, menjalankan motornya di atas kecepatan rata-rata.

"Adya!!" Teriak Agam memanggil Adya, dia menarik nafasnya dalam-dalam. Mengusap wajah dengan kasar, lalu tangannya meninju tembok hingga mengeluarkan suara yang keras.

****

Melajukan motor di malam hari, tepatnya larut malam tak ada rasa gelisah ataupun takut akan hal-hal yang tidak bisa kita duga, motor Adya tetap melaju dengan kecepatan di atas rata-rata sembari menikmati kencangnya angin malam.

Bagaimana mungkin hatinya baik-baik saja?

Dia harus memilih, antara cinta atau pertemanan. Sosok cinta yang banyak merubah kehidupannya, dari segi apapun dia lebih baik setelah mengenal cinta kembali.

Dan, sosok teman? Teman seperjuangannya yang harus di adilkan. Bukan lagi harus, tapi hak dari keadilannya untuk teman kita yang gugur tanpa rasa hormat.

Lalu apa yang harus dia dahulukan?

Teman?

Cinta?

Kenapa harus memilih? Apa tidak bisa memilih keduanya langsung?

Tidak semudah itu, melakukan kepercayaan terhadap orang-orang sangatlah susah.

Adya berpikir, apakah teman-teman lainnya percaya akan kenyataan yang mengejutkan ini?

Tidak akan terbayang, bagaimana reaksi anak Phoenix jika mengetahui hal ini. Dan sebelum mereka tahu kebenarannya, dia yang akan lebih dulu mencari tau kebenaran yang sesungguhnya. Tanpa ada kekeliruan yang nantinya akan menjadi bencana.

Melaju dengan kecepatan di atas rata rata, serta pikiran yang berlarian membuat dirinya hilang fokus.

"Neng awas!! Ka sisi!!" Mendengar teriakan itu, dia tersentak. Di depan sana seseorang sedang berjalan dan ia tidak menyadari akan hal itu.

Double'A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang