EXTRA PART

3K 83 22
                                        

.

1 bulan setelah Prom Night.

Adya duduk di tepi kasur seraya mata menatap ke arah nakas. Pigura kecil dengan foto screenshot-an pesan yang di kirimkan oleh Adriana pada waktu itu.

Entah sadar atau tidak ia melakukannya, mencetak isi pesan itu dan memajangkannya di pigura kecil. Di simpan rapih di atas nakas dekat kasur.

Ia baru menyelesaikan mandi nya dan bertelanjang dada, rambutnya juga masih terlihat sangat basah.

Adya selalu memikirkan bagaimana malam-malam Adriana. Apakah sesuram malam-malam nya? Jika iya, dia tidak bisa membayangkan bagaimana pagi nya. Tapi, semoga saja dia lebih baik dari apa yang saat ini ia pikirkan. Cukup dia saja yang meratapi diri sendiri, karena setakut itu kehilangan seseorang yang sangat kita cintai.

Aneh.

Dia berpikir aneh dengan dirinya. Tidak ada wanita yang bisa membentarkan benteng pertahanannya untuk tidak bego dalam urusan percintaan. Namun, nyatanya wanita yang di pertemukan dengannya secara tidak sengaja mampu menggoyahkan seluruh jiwa nya. Definisi bucin dan bulol benar adanya.

Meskipun begitu, kita tidak boleh lupa pada hakikat hidup kita sendiri saat jatuh terlalu dalam pada seseorang. Ketika kita jatuh dan cinta, kita juga harus bangun dengan kekuatan sendiri demi diri kita dan orang-orang terdekat kita yang mencintai sepenuh hati.

Lalu, bagaimana dengan selera makan nya. Apakah sama dengan selera makan dirinya yang sangat menyedihkan? Terbayang, berapa kilogram berat badan yang hilang jika selera makan nya sama seperti dirinya yang kehilangan berat badan hampir 4 kilogram.

Tapi yang lebih sulit dari proses ikhlas perihal kehilangan adalah menjalani hari-hari tanpa adanya seseorang yang membuat kita semangat untuk melakukan sesuatu. Adya sedang berada di fase itu, sangat sulit.

"Sayang.." Panggil Vanya pada sang anak, ia membuka pintu kamar Adya lebar dan menghampirinya.

Adya menoleh, dan tersenyum kecil. "Kok gak pake baju?" Tanya Vanya, ikut duduk di samping Adya.

"Gerah Bun. AC nya rusak." Jawab Adya seadanya.

Vanya mengangguk paham dan tersenyum, mengusap kepala Adya. "Udah packing untuk lusa? Apa aja yang belum, biar bunda bantu."

Adya tersenyum, meraih tangan Vanya yang tadi mengusap kepalanya. "Gak usah. Udah selesai kok bun."

Vanya menghela nafasnya pelan, lalu mengangguk. "Yasudah. Pakai baju sana, bunda tunggu di bawah ya. Bunda udah siapin makan malem." Ujarnya diangguki Adya.

Lusa dia akan pergi ke NewYork untuk melanjutkan pendidikannya di NewYork University.

Seminggu setelah Prom Night, Vanya memberi kabar bahwa Nendra-Papa nya tinggal dan menetap disana. Vanya menyarankan untuk memperbaiki hubungan antara Ayah dan Anak selayaknya. Dengan berpikir panjang, ia menyetujui untuk menetap bersama Nendra di NewYork selama ia berkuliah disana.

Danish yang juga di tinggal pindah oleh keluarganya ke Surabaya memilih untuk melanjutkan pendidikannya yang sama dengan Adya. Mereka akan memulai kehidupan baru disana dan melupakan kenangan masa lalu yang sebegitu menyakitkan ini.

"DYY!!!!"

"ADYAAA!!!"

Vanya dan Adya saling memandang saat mendengar suara itu. Vanya tersenyum simpul dan Adya hanya mendecak pelan. Suara itu tak lain dari Danish, Adya sudah hafal karena tingkah pria itu yang berteriak seperti di hutan.

Double'A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang