Play Song 🎵
Jangan Lupakan Aku - Andmesh Kamaleng 🎶.
Hari yang dinantikan telah tiba. Kelulusan SMA Angkasa akan di berikan pada hari Sabtu ini. Masa putih abu-abu mereka telah berakhir. Cerita yang penuh menyenangkan, menyedihkan dan mengharukan telah usai. Saatnya mereka memikirkan masa depan, untuk menggapai cita-citanya.
Mereka akan meninggalkan SMA Angkasa yang di penuhi berbagai kenangan manis yang tidak akan pernah terlupakan. Berbagai moment akan mereka rindukan nanti saat mereka menginjak dunia kehidupan yang sebenarnya.
Perpisahan ini sangat berat, meski begitu mereka harus melakukannya. Tidak masalah, karena di setiap perpisahan akan ada makna tersendiri meskipun tidak ada yang pernah rela perihal kehilangan. Suka duka dan kebahagiaan mereka lalui bersama, dan sekarang waktunya mereka untuk berpisah demi mencapai cita-citanya di masa depan. Perpisahan ini adalah awal dari kesuksesan.
Ketujuh pria tampan yang menjadi sorot perhatian selama 3 tahun ini terlihat beda dari biasanya. Mereka terlihat lebih rapih, tentu ketampanan mereka juga bertambah berkali-kali lipat.
Di kelas Mipa 5, muridnya sedang bersiap-siap akan pemotretan kelasnya yang sebentar lagi akan di panggil ke Aula depan.
Danish yang sedang memasangkan Adya dasi, karena pria itu lupa cara nya memakai dasi. Katanya sih terakhir kali dia memasangkan dasi itu waktu kelas 10, dan tidak pernah memakainya lagi.
"Penerus Mahanipuna Group tidak bisa memakai dasi? Apa kata dunia?!" Ucap Rifki dengan wajah kaget yang dibuat-buat.
Adya melirik temannya itu, melempar botol parfum yang berada di atas meja. "Eitss!" Rifki menangkap botol parfum itu.
"Gila! Ini parfum kesayangan si Relda! Kalo jatoh terus pecah, tuh anak uring-uringan Dy!" Kata Rifki memberitahu.
"Makin tua gak usah ngeselin!" Gerutu Adya menatap malas pria itu.
"Lo juga Dy! Makin tua makin nyusahin! Sebelum jadi atasan, cari istri dulu biar ada yang makein lo dasi!" Balas Danish menggerutu setelah selesai memakaikan dasi Adya.
Adya hanya menghela nafasnya pelan dan memutar bola matanya malas. "Ada lo! Ngapain susah-susah cari istri."
Sontak Danish dan Rifki melototkan matanya kaget. "Kampret! Lo mau jadiin gue istri? Istighfar Dy!" Kata Danish bergidik ngeri.
"Mentang-mentang bendera pelangi bentar lagi di resmikan, lo berdua mau ikut-ikutan jadi pengikutnya?" Tanya Rifki yang langsung ditinju oleh Danish.
"Otak lo Ki, cuci sana ke laundry biar bersih dan wangi!" Ketusnya kesal, lalu meninggalkan mereka berdua.
Adya hanya terkekeh mendengarnya. Dia beranjak dari meja, berjalan ke luar kelas. Lapangan ramai dengan siswa-siswi Angkasa yang mengabadikan foto bersama teman dan adik kelasnya.
Pandangannya berhenti di koridor kelas Mipa 2, dimana keempat wanita tengah melakukan selfie dengan wajah yang begitu sumringah.
Sudut bibirnya tertarik ke atas, membayangkan jika Adriana berada disana pasti akan ia hampiri dan mengajaknya berfoto. Ah, membayangkannya saja sudah sesenang itu. Apalagi jika benar wanita itu berada disini dan merayakan kelulusannya bersama.
Kenapa kita harus berjalan berlawanan arah? Padahal ia masih ingin memeluk dan menggenggamnya. Rasanya semakin menyesakkan dan sesakit ini saat berpisah dengan Adriana. Lebih tepatnya cara perpisahan itu yang tidak pernah ada di pikirannya.
Lantas, takdir mana lagi yang mampu lebih sakit dari ini semua?
Tangan Relda menempel di pundak Adya, membuyarkan lamunannya. "Lo gak mau kesana?" Tanya Relda, menatap ke Agatha, Dalia, Mela dan Clarissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Teen Fiction[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...