.
Malam hari tepatnya pukul 19:00 satu ikatan keluarga sedang melakukan makan malam di meja makan nya dengan hati dan suasana yang baik.
Tidak dengan Adriana, selera makannya sedikit kurang. Ia menyingkirkan bebek panggang yang berada di piringnya, "Ri kenapa bebeknya gak di makan?" Tanya Mega.
"Tau, buang-buang makanan lo!" Kata Arkan ikut menyahut.
Adriana mendelik kepada Arkan, lelaki itu semakin berani tiap waktunya memancing keributan.
"Riri gak suka Ma," jawab Adriana, masih sibuk menyingkirkan bebek panggang di piringnya.
"Makan Ri yang bener, jangan gitu." Tegur Albert.
Riri berdecak pelan, "Tapi Riri beneran gak suka Pa!" Terdengar rengekkan dari gadis itu.
"Kamu harus bersyukur Ri, kita masih di kasih rejeki.. sayang loh itu bebeknya, enak tau, Mama aja sampe ketagihan. Lain kali Mama mau order lagi sama Tante Zunay." Tutur Mega. Bebek panggang itu kiriman dari temannya Mega.
"Kenapa gak suka dah? Bebek tuh enak, apa lagi bebek goreng mang samson!" Kata Arkan bersemangat, mengingat menu makanan pecel yang terletak di dekat apartementnya.
"Ya gak suka aja, jijik!"
Arkan mendecih, "Tapi tau gak Ri, kenapa bebek tuh enak?" Tanya Arkan.
Adriana mengedikkan bahunya, "Gak tau 'kan gua gak suka!" Jawabnya sedikit kesal.
"Arkan, habisi dulu makan malam kamu!" Kata Mega, ia dan Albert sudah menghabisi makanannya. Mereka berdua menyimak apa yang anak-anaknya ini bicarakan.
"Iya Ma, ini udah abis kok." Jawab Arkan, "Buruan, tau gak Ri kenapa?"
Adriana mendengus sebal, "Gua gak tau Arkanjing!!" Umpatnya, menaikkan nada bicaranya sedikit.
"Adriana!" Tegur Albert, gadis itu meringis mendapati tatapan tajam dari Albert.
"Sorry Pa.." Cicitnya pelan.
Arkan tertawa, "Mulutnya emang laknat, sumpel kaos kaki gua baru tau rasa!"
"Berisik ah!"
Mega beranjak, membereskan piring kotor ke dapur. "Gak usah di ladenin Ri, habisi cepat makan nya." Adriana berdehem.
"Serius mau tau gak kenapa bebek rasanya enak?" Tanya Arkan lagi.
"Ya apa?! Gak usah belibet deh Kan!"
"Karena.." Arkan sengaja menggantung ucapannya. Ingin mengusili Adriana membuat gadis itu kesal.
Benar saja, Adriana kesal ingin sekali melempar sendok yang berada di tangannya ke wajah tampan Arkan. Tetapi Albert masih berada di meja yang sama, meskipun sibuk dengan ponselnya sekarang.
"Terserah, gak guna gua ngomong sama cowok autis kayak lo!" Ucapnya, ia kembali melahap nasi menghabisinya meskipun hanya dengan sayur yang terpisah.
Arkan tertawa, melihat wajah sebal Adriana. "Karena ada huruf b nya, kalo gak ada huruf b sih gua juga kagak mau makan." Kata Arkan.
Mulut Adriana berhenti mengunyah, mencerna apa yang baru saja Arkan katakan. Maksudnya??
"IHH!!!" Adriana berteriak jijik, Arkan sudah terbahak dan berlari ke atas.
Albert terkejut, ia mengadakan kepalanya. "Kenapa Riri?" Tanyanya.
"MAMA DAPET ANAK KAYAK ARKAN DARI MANA?!"
Mega berlari dari dapur ke meja makan, "Kenapa Ri ada apa?" Tanya Mega, khawatir.
Adriana mendengkus sebal, "Ma, bisa gak anak Mama di masukin ke perut Mama lagi?" Pertanyaan Adriana sontak membuat Albert dan Mega melotot terkejut, ada-ada saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Novela Juvenil[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...