.
Seseorang sedang berdiri di belakang pohon besar yang berada di dekat taman. Tangannya terkepal, menahan amarah. Rencananya gagal karena wanita asing yang membuat dirinya harus memikirkan kembali untuk menghajar musuhnya.
Ternyata, wanita yang dia kenal beberapa hari, mungkin kenal karena ia menyukainya. Telah menolong musuhnya dari serangan anak buahnya.
Matanya menusuk tajam saat melihat jacket yang ia berikan pada wanita itu diinjak dan dibuang begitu saja. Membuat amarahnya semakin memuncak.
Wanita yang dia sukai, lebih akrab dengan musuhnya. Apakah ini akan terjadi lagi setelah beberapa tahun? Dan, dia pikir jika benar. Dia harus menang untuk kedua kalinya.
Kakinya siap melangkah untuk pergi dari tempat itu. Karena berlama-lama ditempat itu hanya membuatnya marah dan sakit.
****
"Adriana!" Panggil Albert, ketika Adriana melangkahkan kakinya menuju dapur. Albert yang sedang di meja makan memanggilnya.
Adriana berhenti, melirik Papa nya. "Duduk!" Suruh Albert.
Adriana menarik nafasnya. "Riri, sibuk, Pa." Katanya.
"Sibuk apa? Sibuk mencari masalah?!" Sentak Albert, wajahnya pun tidak santai.
Adriana sudah biasa dengan perlakuan Albert seperti ini. Hatinya, berdetak tidak normal. Dari nada bicaranya, seperti ada sesuatu yang membuat Albert marah.
"Ri, kamu dengar tidak?" Tanya Albert, karena sedari tadi Adriana hanya diam.
Adriana mengangguk, menarik kursi yang berada di depan Albert. Suasana menjadi sunyi, di antara keduanya diam. Adriana yang melipatkan kedua tangannya di dada dan menatap Albert dengan tatapan malasnya. Albert, menatap sang anak dengan penuh intimidasi.
Albert bangkit, berjalan ke ruang tamu dan mengambil sebuah amplop putih yang tergeletak di atas meja. Dia mengambilnya, kemudian kembali dan menyerahkannya pada Adriana.
Wanita itu mengerutkan dahinya bingung. "Apa?" Tanya Adriana.
"SP 1 dari sekolah kamu. Berbuat apalagi sampai surat sialan itu dikirim ke rumah?" Tanya Albert, tajam menusuk.
Adriana menelan salivanya susah payah. Bagaimana bisa dia mendapatkan Surat Peringatan dari sekolah? Dan yang menerima langsung adalah Papa nya.
Sekarang dia tahu, SP itu mungkin karena masalah Merry, anak IPS 3 yang tempo lalu melabraknya. Dia meremas bajunya, membuat ujung baju itu kusut karena remasan Adriana yang kuat.
"Riri, gak buat masalah!" Ucapnya.
Albert mengebrak meja, membuat Adriana terhentak kaget. "Kalo tidak berbuat masalah kenapa sekolah repot-repot kirim SP ini ke rumah?!!" Bentak Albert.
"Tapi, Riri beneran gak buat masalah, Pa!!" Jawab Adriana, sedikit membentak.
"Berani kamu bentak, Papa?!" Kata Albert.
Adriana tersenyum sinis. "Kenapa, Pa? Bukan maksud Riri durhaka ngebentak Papa. Tapi apa Papa tau, kejadian sebenarnya gimana? Papa, hanya menilai Riri dari satu sisi, gak pernah percaya sama anak sendiri!!" Tutur Adriana emosi, bodo amat dengan ketidak sopan satunnya terhadap orang tua. Tetapi dia membela diri, bahwa dia tidak salah.
![](https://img.wattpad.com/cover/230774521-288-k953281.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Fiksi Remaja[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...