12 - Lemparan batu

3.4K 190 13
                                        

Happy Reading!!

Budayakan vote setelah baca!

Ig: @shafadlh.ptrr_

Enjoyy guyss!!💚

.

Deru motor sport Adya berhenti di parkiran SMA Angkasa. Siswa-siswi Angkasa kembali melontarkan celotehan heboh, karena Adya saat ini datang bersama seorang gadis yang ia boncengi.

Gadis itu turun dari motor Adya. Membuka pengait helmnya dan menyerahkannya pada Adya. "Thanks, Dy." Katanya. Adya mengangguk sebagai jawaban.

Tak lama, terdengar deru motor memasuki kawasan Angkasa dan memarkirkannya dekat motor Adya. Mereka, anggota inti Phoenix.

Rifki membuka helmnya. "Wah, ada Neng Shei." Ucap Rifki, yang di panggil Shei hanya tersenyum.

"Gimana kabar kalian?" Tanya Sheina, pada anak yang lain.

"Kita baik kok." Jawab Gio. "Btw, lo pindah lagi kesini?" Tanya Gio, Sheina mengangguk.

"Yap, sekarang gue bakal netep di Bandung." Katanya, Gio manggut-manggut.

Mata Sheina berhenti saat melihat laki-laki yang berdiri dengan menyandarkan tubuhnya di motor.

Ia melihat laki-laki itu sama sekali tidak menatapnya. Bahkan, menyapa pun tidak.
Apakah dia melupakannya? Atau dia memang benar melupakan dirinya.

Sheina tersenyum getir, masih pantas kah ia berharap bahwa laki-laki itu mengakui kesalahannya?

Ia terlalu besar hati. Sampai ia berharap laki-laki itu kembali dalam hidupnya.

Adya yang melihat Sheina menatapnya langsung menyadarkannya. "Lo duluan masuk, cari aja ruang tata usaha." Ucap Adya. Sheina mengangguk mengiyakan.

"Gue duluan semuanya." Kata Sheina sebelum melenggang pergi.

"Titi DJ calon pacar!" Teriak Rifki.

Akbar menyikut perut Rifki. "Lo mau mati hah?!" Bisiknya geram.

Rifki melototkan matanya. "Gue bilang apa tadi?" Tanya Rifki ikut berbisik.

Mereka terdiam, moment akward. Tidak ada yang membuka suara. Rifki merutuki dirinya sendiri karena berbicara seperti tadi. Niatnya dia cuma bercanda, namun sepertinya Rifki salah tempat dan situasi.

"Kelas!" Ujar Adya, melenggang sembari menentang jacketnya.

Agam mengikuti Adya, disusul yang lain. Rifki masih berdiri di tempat bersama Akbar. "Isshh, gemes gue sama congor lu!" Greget Akbar.

Rifki menutup mulutnya. "Ye, gue refleks. Lagian bagus, biar dia kek cacing, kepanasan tuh pasti." Ucap Rifki.

Akbar memijat pelipisnya. "Gak ngerti gue sama pikiran lu. Dah tau anaknya gengsian, masih aja lu panas-panasin." Dumel Akbar.

"Bodo amat gue gak denger!" Rifki menutup matanya sembari jalan meninggalkan Akbar.

"Otak lo ketinggalan dimane sih woi! Heran, kalo gak denger ya tutup telinga, bukan mata! Emang cuma gue aja disini yang normal!" Gerutu Akbar, setelah itu dia pergi menyusul yang lain.

Double'A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang