57 - Mengupas tuntas pembunuhan Wira.

1.3K 84 8
                                    

.

Masih di malam yang sama, Adriana pergi keluar Apartement seorang diri mencari makanan untuk dirinya dan Arkan makan. Meskipun sudah terbilang larut malam, ia tetap nekat mencari sendiri.

Arkan dan Adriana tidak pulang ke rumah, melainkan ke Apartement milik Arkan. Mereka tidak mau melihat kedua orang tuanya khawatir karena kondisi Arkan yang lemah dan penuh lebam

30 menit dia menyusuri jalan untuk menemukan restaurant atau setidaknya gerobak abang-abang yang masih berdagang. Tapi sepertinya tidak ada tanda gerobak abang-abang yang masih berjualan.

Dia jadi bingung sendiri, jika kembali ke Apartement jaraknya akan sama ke jalan raya padjajaran. "Bodo lah, gue gak bisa tidur dalam kondisi perut kosong!" Adriana memutuskan untuk pergi ke jalan raya.

Setibanya disana, Adriana menemukan gerobak penjual nasi kucing. Tanpa pikir lama dia menghampiri gerobak itu dan langsung membeli semua menu yang tersisa.

"Mang, semua aja deh yang nyisa bungkusin."

"Siap neng!"

Adriana menengok jam menunjukan pukul 00:10 WIB. Dia akan sampai di Apartement pukul 01:05 WIB. Helaan nafasnya terdengar gusar.

"Ini neng, jadi empat puluh enam ribu." Setelah memberi uang itu, Adriana membalikkan tubuhnya untuk sesegera pergi dan ingin cepat memakannya.

Adriana berjalan belok ke arah kiri, saat di belokan, motor dari arah berlawanan melaju sangat kencang. Suasana yang gelap membuat pemotor itu tidak tahu bahwa di belokan ada orang yang sedang berjalan.

"Neng awas!! Ka sisi!!!" (Neng awas, ke pinggir.)

Teriakkan dari penjual nasi kucing menyadarkan Adriana. Wanita itu menoleh ke belakang. Pemotor itu ikut terkejut, dan membanting stang motor nya. Kantung plastik berisi makanan yang Adriana beli tadi juga berjatuhan.

BRUKK!!!

Pemotor itu terjatuh ke samping kanan. Siku dari pemotor itu menahan tumpuan tubuhnya, sudah dipastikan orang itu akan mengalami lecet dan memar.

Adriana melempar kantung plastiknya, dia berlari menghampiri pemotor itu yang tergeletak di aspal.

"Sshhh, akhh!!" Pemotor itu meringis kesakitan.

"Aduh ini gapapa?" Tanya Adriana, membantu orang itu membuka helm fullfacenya.

"Sakit lah!!"

Bola mata Adriana membesar, saat helm fullfacenya terlepas dan melihat dengan jelas wajah dari orang itu.

****

Suara deru knalpot terdengar memasuki basement gedung berlantai 2, orang-orang yang berada di dalam gedung itu keluar menyambut kedatangan sang pemimpin yang sedari tadi mereka tunggu.

Adya dan Danish sampai di Markas rahasia Phoenix. Tidak banyak orang mengetahui Markas rahasia ini, hanya orang-orang terdekat Phoenix.

Dan menurut informasi, Markas berlantai 2 ini adalah turun temurun dari pemimpin Phoenix pertama. Mereka akan berkumpul disini jika masalah yang mereka hadapi benar-benar serius dan terbilang tidak sepele.

Banyak aset dari jaman Rendra yang tersimpan sangat rapih. Termasuk peralatan-peralatan senjata seperti, pistol, belati, kris dan pedang yang melegenda.

Semua anggota berjajar, menunduk sopan saat Adya melewatinya. Adya berjalan lebih dulu ke lantai 2, diikuti oleh anggotanya yang sebentar lagi diskusi akan dimulai.

Malam ini, semua anggota Phoenix berkumpul untuk membicarakan perkembangan tentang kasus pembunuhan teman kita, Wira. Semua hadir dalam diskusi kali ini, tidak hanya dari sekolah Angkasa tetapi dari berbagai sekolah.

Double'A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang