.
BRAKK!!!
Kaki kanan Adriana menendang pintu masuk bangunan kosong itu hingga patah, karena tendangan wanita itu yang kuat dan juga pintu itu yang sudah tidak berporos lagi.
Mata Rifki membulat, dia sendiri terkejut bukan main. Kekuatan Adriana melebihi kapasitas kekuatan wanita pada umumnya.
"Gue kalo nendang itu pintu yang ada kaki gue yang patah." Ucapnya pelan, membayangkan jika dirinya yang menendang pintu itu mungkin kaki nya yang akan patah.
Adya yang bersama dengan Adriana dan Rifki hanya bisa menatap takjub. Senyumnya yang tertahan, mengingat jika dirinya dan Adriana masih mempunyai hubungan dan itu pasti akan sangat menyenangkan.
Arkan, Tian dan Sani menuju lantai atas. Adriana menendang setiap benda yang ia lewati. Rasa marah dan kesal membuatnya ingin menghabisi seseorang saat itu juga.
Tapi sepertinya itu terjadi.
Karena Adya memegang erat lengan Adriana. Wanita itu terperanjat, dan menoleh ke arahnya. Refleks, tangan Adriana memukul wajah pria itu.
BUGH!!
"Akkhhh!!" Adya meringis saat wajahnya terpukul oleh tangan Adriana yang tadi dia pegang.
"Eh eh!! Kok di pukul Ri?" Kata Rifki kaget.
Adya mendesis, memegang wajahnya yang terasa ngilu. Adriana mendekat, dia memegang wajah pria itu. "Lo sih lagian ngagetin gue. Kan refleks jadinya." Kata Adriana.
"Kurang keras sih Ri mukulnya." Cicit Rifki pelan.
Mata Adya menyorot tajam saat mendengar perkataan temannya itu. "Sakit Dy?" Tanya Adriana khawatir. Adya mengangguk pelan, kemudian tersenyum tipis.
"Gapapa." Ucapnya. "Sorry.." Kata Adriana lembut. Keduanya saling menatap selama beberapa detik.
"Ekheem! Ada orang nih, jangan bertingkah tidak sopan sama yang jomblo!" Sindir Rifki.
"Woyy!! Siapa lo?!"
Pandangan mereka beralih ke belakang, melihat 3 orang menghampiri mereka.
Adriana maju, melangkah dan menatap ketiga orang itu dengan mata yang menyorot tajam. "Mana bos lo?!" Tanya Adriana.
"Ada perlu apa lo?!"
"Gue gak minta lo bertanya. Gue minta lo jawab, dimana bos lo?!" Adriana berkata dengan penuh penekanan.
"Halah, sana dah pergi! Bos kagak ada disini! Pergi lo semua dari sini!"
Adriana menghela nafasnya gusar. "Gue tanya sekali lagi. Kasih tau bos lo dimana sekarang!" Tangan Adriana menarik kerah baju pria di hadapannya dengan satu tangan.
Tarikkan itu mampu membuat pria di hadapannya tertarik, lehernya tercekik. "Woy!!" Pria di samping pria itu, akan menghajar Adriana karena tidak terima temannya diperlakukan seperti itu.
Adya dan Rifki bergerak gesit untuk menahannya. "Eh, chill bro!" Kata Adya, menahan pria yang akan menghajar Adriana.
"Lawan lo bukan dia, tapi gue!"
Setelah mengatakan itu, Adya di hajar oleh si pria pendek berbadan gemuk itu. Adya dan Rifki melawan kedua temannya agar Adriana bisa fokus pada pria gondrong ini.
"Mau di lepas?" Tanyanya, pria itu mengangguk mulutnya membuka mencari udara agar bisa bernafas.
"Jawab dulu. Baru gue lepas!"
Pria itu meronta-ronta. Cekikan kerah baju di lehernya semakin kuat, dan itu membuatnya tak berdaya.
"Ya gapapa sih. Lo lebih milih mati gue cekik ketimbang kasih tau dimana keberadaan bos lo." Kata Adriana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Double'A [END]
Teen Fiction[ 𝘽𝙐𝘿𝘼𝙔𝘼𝙆𝘼𝙉 𝙁𝙊𝙇𝙇𝙊𝙒 𝙎𝙀𝘽𝙀𝙇𝙐𝙈 𝙈𝙀𝙈𝘽𝘼𝘾𝘼! ] BURUAN BACA SEBELUM DI REPUBLISH!!! ~ - Ketika Kita Bersahabat Dengan Sebuah Luka - Adriana Albertina, sesuai dengan namanya dia adalah wanita pemberani yang dikenal banyak masyara...