53 - Kita selesai.

2.2K 120 27
                                        

Berteman sama aku di instagram yuk @shafafdlhptr_ follback, DM aja yaa..

.

'Mencintaimu dan melepaskanmu, sama saja. Aku selalu harus berjuang. Bedanya, yang satu mendamaikan yang satu menyesakkan.' (t.s)

.

Suara pintu terbuka terdengar jelas di telinganya. Derap langkah kaki yang mendekat membuat matanya membuka dengan perlahan. Senyuman manis yang terukir dari orang itu semakin kentara. Pergulatan hebat di pikiran dan hatinya sangat tak seiras.

Netra coklat itu terus menatap wanita di hadapannya. Sapaan yang dia layangkan untuknya tidak tergubris. Seolah, masuk kuping kanan dan keluar kuping kiri.

Srekk!! Suara kursi bergeser, Adriana mengambil kursi lalu duduk dengan perasaan yang canggung dan bingung. Melihat tatapan dari Adya serta tidak adanya respon dari sapaan dirinya membuat dirinya gelisah. Kenapa dengan Adya?

"Masih sakit?"

"Apa udah enakkan?"

Lagi, pertanyaan dari Adriana tidak di hiraukan oleh Adya. Wanita itu semakin dibuat kebingungan dengan sikap aneh Adya sehabis terbangun dari kesadarannya.

"Adya?" Panggil Adriana, suaranya sangat pelan.

Adya melirik, lalu membuang wajahnya ke samping. "Gue mau istirahat." Menjawab seperti itu, hanya dengan berselang waktu 1 detik ia langsung menyadari apa yang barusan keluar dari mulutnya.

"Emang gak capek istirahat terus? Lo kan baru aja sadar, masa mau tidur lagi. Gue kan kang--"

"Pergi Ri!!" Sela Adya memotong ucapan Adriana dengan nada yang meninggi.

Adriana merasakan hatinya teriris, Adya menyentaknya dan ini bukan hal biasa yang akan Adya lontarkan. Meskipun dirinya sering mendapatkan perlakuan kasar, bentakan, hinaan. Jika salah satu perlakuan itu di dapatkan dari seseorang yang dicintainya akan lebih terasa dan nyata sakitnya.

"Lo kenapa Adya?"

"Gue mohon Ri, pergi. Gue mau istirahat." Pinta Adya, auranya begitu dingin. Mata Adriana tiba-tiba terasa panas.

Mendengar perkataan Adya, Adriana beranjak. Ia menatap Adya penuh kebingungan juga rasa kecewa. Bahkan laki-laki itu tidak berani menatapnya sama sekali. Seolah-olah dirinya memang tidak di harapkan disini oleh Adya.

Adriana tersenyum ketir, kepalanya geleng-geleng. "Gue gak tau lo kenapa. Gue ada salah sama lo? Kalo iya, gue minta maaf."

"Apa salah, gue khawatir sama lo? Salah, gue kangen gue pengen ngobrol sama lo. Nanya keadaan lo, nemenin lo disini!"

"Salah Dy?"

"Gue khawatir! Gue khawatir waktu denger kabar kalo lo masuk rumah sakit! Apa gak bisa lo hargain rasa kekhawatiran gue sama lo ini? Gak bisa Dy?" Adriana berkata begitu meledak-ledak. Dia meluapkan semua kegundahannya pada Adya.

Adya menolehkan kepalanya, dia terkejut melihat Adriana yang menangis. Ia berusaha bangun, terduduk mencoba meraih tangan Adriana.

Wanita itu menghindar, tangannya mengusap air mata yang tiba-tiba keluar dari matanya. "Keren lo buat gue nangis." Ucapnya, Adriana terkekeh geli melihat tingkat kebucinannya pada laki-laki itu.

"Ri, gue gak maksud. Gue cuma mau istriahat, tolong ngerti Ri." Pinta Adya dengan menjelaskan.

Adriana menarik nafasnya panjang, lalu menganggukkan kepalanya. "Ya gue ngerti." Tangannya mengusap bahu Adya pelan. "Ok have a good rest, hope you get well soon." Setelah mengucapkan itu dia pergi melangkahkan kakinya dengan perasaan kecewa.

Double'A [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang