26

899 133 1.1K
                                    

Al masuk ke dalam kamar sambil membawa kardus berukuran sedang di dekapannya. Dia mengayunkan kaki kanannya ke daun pintu, tapi pintu itu tak sepenuhnya menutup. Dia meletakkan kardus itu di atas meja belajar. Lalu beranjak ke arah Rara yang sedang setengah rebahan di ranjang. Gadis itu terlihat asik dengan ponselnya dan tampak tersenyum-senyum sendiri.

"Ra," panggil Al.

Rara mendongakkan kepalanya. "Ehh..... udah pulang, Kak?"

Al berdecak kesal. "Loe gak denger gue masuk?"

Rara menggelengkan kepalanya. Lalu Al mengambil ponsel yang sedang dipegang Rara. Al mengernyitkan dahinya. "Ngapain sih?"

"Baca Wattpad, Kak," sahut Rara.

"Asik banget apa, sampe gak denger gue buka pintu?" tanya Al.

"Asik banget," jawab Rara sambil mengambil ponselnya kembali dari tangan Al. "Tadi pas lagi seru-serunya tauk, kamu malah gangguin aja."

"Ohh..... jadi gue ganggu?" tanya Al.

"Ya iyalah! Tadi lagi baca part uwu yang bikin baper, tapi jadi kehenti gara-gara kamu," jawab Rara sambil mencoba fokus ke ponselnya lagi.

Al berdecak kesal, lalu bersedekap dada masih dalam keadaan berdiri. "Mau berhenti dulu gak bacanya atau gue cium loe sampe gak bisa napas?"

Sontak Rara mendongakkan kepalanya sambil melotot. Dia lalu segera meletakkan ponselnya di atas nakas. "Udahan kok bacanya." Rara menampilkan cengirannya, lalu bangun dari atas ranjang.

Al tersenyum miring. "Gitu kek dari tadi." Lalu cowok itu melepaskan jaketnya dan melemparnya pelan ke atas ranjang. "Tuh buat loe..... dipake besok," lanjut Al sambil menunjuk kardus tadi.

"Apaan tuh?" tanya Rara sambil melangkah mengambil kardus itu. Lalu segera dibukanya kardus berwarna putih polos itu. "Helm?"

"Mulai besok kita berangkat naik motor," ucap Al.

"Hah?" sahut Rara melotot.

"Kenapa? Takut?.... Anak-anak udah banyak yang tau loe cewek gue. Gak bakal ada yang berani bully loe," terang Al.

Rara menghela napas pelan. Bisa apa dia sekarang, percuma membantah. Dia sudah kalah dalam kesepakatan mereka, jadi dia harus menurut pada keinginan sang suami.

"Kalo bawa motor, sampe di sekolah gak ada lagi acara cium tangan tapi ya," balas Rara sambil meletakkan helm itu ke atas meja.

Al beranjak mendekat pada Rara. "Diganti cium yang lain boleh kok," goda Al sambil terkekeh.

"Gak deh..... makasih," sahut Rara.

Al tertawa pelan. "Btw..... loe juga hebat tahun ini, nilai loe lebih unggul dari Juna."

Rara menyipitkan matanya menatap Al. "Kamu..... beneran belajar tekun ya kemarin? Kok nilai kamu bisa jauh banget selisihnya dari aku sama Juna sih, Kak?"

"Gak tekun-tekun amat sih, cuma baca-baca materi sekali doang," sahut Al.

"Hah?" balas Rara tak percaya.

"Otak gue gak gue pake belajar aja udah cerdas, apalagi gue pake..... liat kan hasilnya," ucap Al. Lalu dia merangkul pinggang Rara. Dan seperti biasa, Rara refleks meletakkan kedua tangannya ke dada bidang Al.

"Aku salah kasih syarat kemarin," desah Rara, lalu mencebikkan bibirnya.

Al terkekeh pelan. Dalam hati dia menahan gemas agar tak berakhir menggigit bibir manis di hadapannya ini.

"Ya udah..... karna loe bisa ngalahin si Juna, loe boleh minta sesuatu ke gue," ucap Al.

"Serius?" tanya Rara dengan wajah dan mata yang berbinar.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang