8

987 231 190
                                    

Hawa dingin tidak menyurutkan semangat Mama Al dan Tante Rara untuk membawa suami dan anak-anak mereka untuk menyaksikan keindahan matahari terbit dari perkebunan.

"Udaranya seger banget ya, Jeng," kata Tante.

"Iya. Bersih, bebas polusi," sahut Mama.

Al menyandarkan punggungnya di tiang gazebo yang mereka tempati. Mata Al terpejam. Jujur, sebenarnya dia masih begitu mengantuk, tapi Mama dengan kejamnya menyeretnya untuk ikut ke perkebunan.

Pesanan sarapan mereka sudah datang, enam mangkok bubur ayam plus satu set teko yang berisi air seduhan teh wangi. Rara mengulurkan satu per satu ke masing-masing orang tua semangkok bubur dan segelas teh panas.

"Kakak..... bangun, sarapan dulu yuk," ucap Rara.

Sama sekali tak ada respon dari yang dipanggil. Rara lalu memegang lengan Al dan menggoyangkannya pelan. Dan berhasil, sepasang kelopak mata itu terbuka.

"Sarapan dulu, keburu dingin ntar buburnya gak enak," kata Rara sambil memberikan mangkok bubur pada Al.

Kemudian mereka semua menikmati sarapan masing-masing.

Setelah selesai para orang tua pamit ingin berkeliling kebun. Sedang Al malah merebahkan badannya dan meletakkan kepalanya di pangkuan Rara.

"Loe semalem begadang ya?" tanya Rara pelan.

"Hmm," gumam Al mengiyakan.

Rara kemudian membiarkan Al tidur kembali. Dia merogoh saku jaket dan mengambil ponselnya untuk mengirim pesan pada Faldo.

Sudah seminggu lebih Faldo izin tak masuk sekolah. Kalau mau jujur, sebenarnya Rara merindukan sosok cowok itu. Hanya saja Rara masih mengedepankan egonya dan nampak cuek tiap kali Faldo menghubunginya.

Rara hanya mengetik bertanya kapan cowok itu masuk. Dan tak lama pesannya sudah dibaca. Lalu ponselnya berdering menandakan panggilan masuk, Rara pun mengangkatnya.

"Pagi, Ra. Udah chat duluan nih..... udah kangen ya? Udah gak ngambek lagi kan?" cecar Faldo.

"Kapan masuk? Lama banget loe bolosnya," sahut Rara.

"Besok gue udah masuk kok..... siang nanti gue balik. Loe minta gue bawain apa?"

"Gak usah. Cukup loe sama Mami Papi pulang dengan selamat sampe rumah... udah bikin gue seneng."

"Ekhem..... yang udah mau sweet seventeen, udah dewasa ya sekarang ngomongnya."

"Gue malah lupa," kata Rara sambil tertawa pelan.

"Pikirin dari sekarang..... loe mau minta kado apa dari gue. Ntar gue kasih."

"Loe kan tau gue gak ngerayain ultah."

"Gue tau, Ra. Tapi gak ada salahnya kan kalo gue mau kasih loe kado?"

"Ya udah deh ntar gue pikirin," sahut Rara mengalah.

"Good girl. Ya udah ya, gue mau packing dulu. Loe ati-ati ya."

"Loe juga ati-ati. Ya udah..... Bye," balas Rara. Lalu dia mengakhiri panggilan itu.

Rara memperhatikan wajah Al. Menelusuri tiap lekuk Maha karya indah Sang Pencipta. Entah hujatan seperti apa yang akan dia dapat dari fans-fans Al jika mereka tahu sekarang dia sedekat ini dengan Al yang tidur di pangkuannya.

"Gue tau gue ganteng..... gak usah segitunya liatin gue..... ntar jatuh cinta loe," canda Al sambil membuka matanya.

Rara memutar bola matanya jengah sambil berdecak kesal.

Kita (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang